Sakelar bahan bakar hampir secara bersamaan beralih dari posisi "run" ke posisi "cut-off" tepat setelah lepas landas. Laporan awal tidak menjelaskan bagaimana sakelar tersebut bisa beralih ke posisi "cut-off" selama penerbangan.
“Kami peduli dengan kesejahteraan dan keamanan pilot, jadi jangan terburu-buru mengambil kesimpulan pada tahap ini, mari kita tunggu laporan akhir,” kata Menteri Penerbangan Sipil Ram Mohan Naidu kepada saluran berita lokal.
Kecelakaan itu menjadi tantangan bagi kampanye ambisius Tata Group untuk memulihkan reputasi Air India dan merombak armadanya, setelah mengambil alih maskapai itu dari pemerintah pada tahun 2022.
Air India membenarkan laporan tersebut dalam sebuah pernyataan. Maskapai tersebut menyatakan sedang bekerja sama dengan otoritas India, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.
Para ahli mengatakan seorang pilot tidak akan mungkin secara tidak sengaja menggerakkan sakelar bahan bakar.
"Jika mereka dipindahkan oleh seorang pilot, mengapa?" tanya pakar keselamatan penerbangan Amerika Serikat (AS) Anthony Brickhouse.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa sakelar-sakelar tersebut berputar dengan selisih satu detik, kira-kira sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan sakelar pertama dan kemudian sakelar kedua, menurut pakar penerbangan AS, John Nance. Ia menambahkan bahwa seorang pilot biasanya tidak akan pernah mematikan sakelar selama penerbangan, terutama saat pesawat mulai menaikkan ketinggian.
Membalikkan pesawat ke posisi mati otomatis hampir seketika mematikan mesin. Hal ini paling sering digunakan untuk mematikan mesin setelah pesawat tiba di gerbang bandara dan dalam situasi darurat tertentu, seperti kebakaran mesin. Laporan tersebut tidak menunjukkan adanya keadaan darurat yang mengharuskan mesin dimatikan.
Di lokasi kecelakaan, kedua sakelar bahan bakar ditemukan dalam posisi menyala dan ada indikasi kedua mesin menyala kembali sebelum kecelakaan di ketinggian rendah, kata laporan tersebut.