"Teroris Hamas, Anas al-Sharif, yang menyamar sebagai jurnalis Al Jazeera, adalah kepala sel teroris Hamas dan penyerang roket canggih terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF. Intelijen dan dokumen dari Gaza, termasuk daftar nama, daftar pelatihan teroris, dan catatan gaji, membuktikan bahwa ia adalah seorang agen Hamas yang terintegrasi dengan Al Jazeera," tulis Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di X.
Reporters Without Borders, sebuah kelompok kebebasan media, mengutuk keras apa yang disebutnya sebagai pembunuhan Sharif.
Asosiasi Pers Asing menyatakan kemarahannya atas pembunuhan yang ditargetkan tersebut. Mereka menyatakan bahwa militer Israel telah berulang kali melabeli jurnalis Palestina "sebagai militan, seringkali tanpa bukti yang dapat diverifikasi".
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menyatakan terkejut dengan serangan tersebut dan bahwa Israel telah gagal memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya terhadap Sharif.
CPJ mengatakan setidaknya 186 jurnalis telah tewas sejak dimulainya serangan militer Israel di Gaza pada Oktober 2023 — periode paling mematikan bagi jurnalis sejak Israel mulai mencatat data tersebut pada 1992.
(Rahman Asmardika)