JAKARTA - Militer Rusia telah memasuki kawasan industri timur Dnipropetrovsk yang penting bagi Kyiv, dan sedang berusaha membangun pijakan di wilayah tersebut, demikian pengakuan pasukan Ukraina. Ini adalah kemajuan besar terbaru bagi Moskow dalam aksi militernya di Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
"Ini adalah serangan pertama berskala sebesar ini di wilayah Dnipropetrovsk," ujar Viktor Trehubov dari Kelompok Pasukan Strategis-Operasional Dnipro kepada BBC. Trehubov mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah menghentikan gerak maju musuh.
Sepanjang musim panas, Rusia mengklaim bahwa pasukannya telah memasuki wilayah Dnipropetrovsk, sembari terus maju ke wilayah Ukraina dari arah Donetsk.
Pada awal Juni, para pejabat Rusia menyatakan bahwa serangan telah dimulai di Dnipropetrovsk, meskipun laporan terbaru Ukraina menunjukkan bahwa mereka hampir tidak menembus perbatasan regional.
Setiap kemajuan Rusia ke Dnipropetrovsk akan menjadi pukulan bagi moral Ukraina, karena upaya diplomatik yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang tampaknya melemah, meskipun Presiden Donald Trump telah bertemu dengan Vladimir Putin di Alaska pertengahan bulan ini.
Proyek pemetaan DeepState Ukraina menilai pada Selasa (26/8/2025) bahwa Rusia kini telah menduduki dua desa di dalam wilayah tersebut, yakni Zaporizke dan Novohryhorivka.
Namun, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina membantah hal itu. Militer "terus menguasai" Zaporizke, katanya dalam sebuah pernyataan, dan "pertempuran aktif juga sedang berlangsung di wilayah desa Novohryhorivka".
Moskow belum mengklaim Dnipropetrovsk, berbeda dengan Donetsk dan empat wilayah timur Ukraina lainnya, tetapi telah menyerang kota-kota besarnya, termasuk ibu kota regional Dnipro.
Sebelum perang, Dnipropetrovsk berpenduduk lebih dari tiga juta jiwa dan merupakan pusat industri berat terbesar kedua di Ukraina setelah Donbas, yang terdiri dari wilayah Donetsk dan Luhansk.
Putin dilaporkan telah memberi tahu Trump bahwa ia bersedia mengakhiri perang jika Ukraina menyerahkan wilayah Donetsk yang masih dikuasainya. Namun, banyak warga Ukraina yakin pemimpin Rusia itu memiliki rencana lain.
Setelah bertemu Putin di Alaska dan kemudian dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Washington, Trump mengatakan pekan lalu bahwa ia telah memulai pengaturan untuk pertemuan puncak antara kedua pemimpin tersebut.
Namun, pada akhir pekan lalu, harapan akan adanya terobosan telah meredup. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa "agenda (untuk pertemuan puncak) sama sekali belum siap" dan tidak ada pertemuan yang direncanakan. Ia juga menambahkan bahwa diskusi apa pun tentang jaminan keamanan di masa mendatang tanpa keterlibatan Rusia adalah "sia-sia", serta tidak akan menguntungkan Barat.
(Rahman Asmardika)