Kisah Warga Palestina Terpaksa Dirikan Tenda di Atas Robot Peledak Israel

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Minggu 26 Oktober 2025 08:30 WIB
Kisah Warga Palestina Terpaksa Dirikan Tenda di Atas Robot Peledak Israel (Dok Al Jazeera)
Share :

GAZA - Seorang pria Palestina menemukan kendaraan lapis baja Israel yang belum meledak di antara reruntuhan tempatnya mendirikan tempat berlindungan sementara. Ia menemukannya saat kembali ke lingkungannya di Gaza yang hancur akibat pengeboman Israel. 

1. Tenda di Atas Robot Peledak

Keluarga-keluarga mulai kembali ke Kota Khan Younis di selatan setelah gencatan senjata yang berlaku pada 10 Oktober. Mereka bergabung dengan lebih dari 435.000 orang yang telah kembali ke arah lain ke wilayah utara dari kamp-kamp pengungsian di selatan.

Banyak yang mendapati lingkungannya rata dengan tanah, logam-logam yang kusut, dan bahkan senjata-senjata berbahaya di tempat yang dulunya merupakan bangunan tempat tinggal dan rumah.

Tanpa tempat tinggal dan sebagian besar wilayah Gaza masih diduduki tentara Israel, Ayman Qadourah terpaksa mendirikan tenda keluarganya di atas sebuah mesin militer raksasa, yang dikenal secara lokal sebagai "robot peledak", yang membawa bom-bom kuat yang digunakan untuk meratakan seluruh blok.

Robot peledak yang dioperasikan dari jarak jauh tersebut dikerahkan oleh Israel di wilayah perkotaan di Gaza. Robot peledak ini menyebabkan kerusakan infrastruktur yang meluas.

Qadourah kembali ke rumahnya di Khan Younis sebulan yang lalu. Ia mengatakan, rumah tetangganya juga berisi alat peledak lain. Sebuah rudal F-16 telah mengukir kawah sedalam tiga meter di antara kedua properti tersebut, sementara dua rudal lainnya menghantam bagian belakang rumahnya.

"Perangkat yang belum meledak seperti itu merupakan bahaya serius," ujarnya kepada Al Jazeera. 

"Misalnya, jika ada cairan yang mudah terbakar di dekatnya, apinya akan sangat besar, setinggi langit," ucapnya.

Qadourah khawatir jika salah satu bahan peledak meledak, ia dapat meluluhlantakkan seluruh lingkungan. Untuk mengurangi risiko, ia secara teratur menutupi mesin-mesin tersebut dengan pasir.

 

Pada awal September, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, Israel telah meledakkan lebih dari 100 robot peledak selama tiga minggu terakhir bulan Agustus.

Analisis satelit oleh Pusat Satelit Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOSAT) menemukan di seluruh wilayah Kegubernuran Khan Younis, lebih dari 42.000 bangunan terdampak, dengan kota itu sendiri, kota terpadat kedua di Jalur Gaza, menyumbang setidaknya 19.000 bangunan yang rusak.

Di seluruh Jalur Gaza, lebih dari 227.000 unit rumah telah rusak, menurut penilaian PBB. Ini menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal atau tempat tinggal.

2. Ancaman Persenjataan Peledak

Luke David Irving, yang mengepalai Layanan Aksi Ranjau PBB di wilayah Palestina yang diduduki, menggambarkan ancaman dari persenjataan peledak di seluruh Gaza sebagai "sangat tinggi". Lembaganya telah mengidentifikasi setidaknya 560 perangkat semacam itu di wilayah yang dapat dijangkau, meskipun skala sebenarnya masih belum diketahui.

Sejak Oktober 2023, 328 orang telah tewas atau terluka oleh persenjataan yang tidak meledak, menurut laporan yang diterima oleh PBB. Namun, jumlah korban diperkirakan lebih tinggi.

Anak-anak Qadourah kini mengenakan pakaian yang ia ambil dari bawah reruntuhan. Pakaian tersebut telah menyebabkan infeksi kulit yang parah, termasuk ruam dan abses.

“Terlepas dari semua itu, kami terpaksa tinggal di sini, karena tidak ada alternatif lain. Saat ini, tidak ada tempat untuk pergi,” ujarnya. “Tidak ada ruang tersisa sedikit pun,” tambahnya, merujuk pada kondisi yang padat di kamp al-Mawasi di selatan.

 

Warga Palestina yang masih tinggal di selatan “tidak akan beranjak sampai solusi permanen tercapai” untuk masalah perumahan, tambah Qadourah.

Badan-badan kemanusiaan telah meningkatkan pengiriman bantuan sejak gencatan senjata, mendistribusikan makanan, tenda, perlengkapan kebersihan, dan bahan bakar. Namun, Israel terus membatasi aliran bantuan secara ketat, dan target untuk mengirimkan 600 truk ke daerah kantong yang hancur dan menyedihkan itu setiap hari saat ini masih jauh dari kenyataan.

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya