Musim Dingin di Makkah: Di Antara Angin Sejuk dan Doa yang Mengalir Lembut

Arie Dwi Satrio, Jurnalis
Minggu 16 November 2025 06:39 WIB
Makkah saat musim dingin (foto: Okezone/Arie Dwi Satrio)
Share :

MAKKAH – Musim dingin di Makkah tidak pernah hadir dengan gemuruh. Ia datang perlahan, hampir tanpa tanda, namun cukup membuat siapa pun yang merasakannya mengerti bahwa udara kota suci memiliki karakternya sendiri.

Ketika matahari mulai condong ke barat dan bayangan bukit-bukit batu memanjang di atas tanah gurun, hawa panas yang biasanya membungkus Mekah berubah menjadi hembusan sejuk yang memeluk lembut para tamu Allah.

Dini hari, suhu mencapai titik terendahnya. Napas para jamaah berubah menjadi kabut tipis, mengambang sejenak sebelum tersapu angin. Jalanan menuju Masjidil Haram dipenuhi langkah-langkah manusia dari berbagai penjuru dunia, masing-masing membawa doa, rindu, dan harapan yang tidak pernah usai.

Di pelataran Kakbah, marmer terasa dingin seperti batu yang baru terangkat dari kegelapan malam. Para jamaah merapatkan kain ihram, mengusap tangan, namun langkah mereka tak pernah surut. Tawaf tetap berlangsung, meski angin dingin berputar di sela tiang-tiang Masjidil Haram.

 

Di tengah arus manusia itu hadir suara yang memahami benar musim dingin di kota suci. Nurhadi, yang telah bekerja lebih dari 13 tahun di salah satu hotel Makkah, menjelaskan bagaimana bulan-bulan tertentu menjadi masa tersibuk.

“Khususnya bulan November, Desember, sampai Januari, biasanya di Makkah musim dingin dan keadaan Masjidil Haram selalu penuh. Begitu pun juga di Hotel Pullman Zamzam, tiga bulan itu selalu penuh,” ujarnya saat ditemui pertengahan November 2025.

Kepadatan itu membuat calon jamaah yang ingin merasakan ibadah di musim dingin perlu menyiapkan banyak hal sejak jauh hari. Nurhadi kembali memberi pengingat sederhana, namun penting.

“Yang perlu diperhatikan ketika ingin umroh di musim dingin, pastikan membooking hotel lebih dulu, untuk mengantisipasi ketidaktersediaan kamar. Jadi jauh-jauh hari sebelum tanggal keberangkatan, pastikan sudah memesan hotel,” ucapnya.

“Setelah itu, karena musim dingin, selalu menjaga kondisi kesehatan dengan menjaga pola makan. Minuman dan makanannya harus dijaga,” lanjutnya.

 

Namun, dinginnya Makkah bukanlah dingin yang menggigit. Ia lebih seperti keteduhan yang dititipkan Allah agar manusia memperlambat langkah dan lebih peka terhadap suara hati. Doa mengalir lebih lembut, zikir bergema lebih jernih, dan setiap sujud terasa seperti pelukan hangat di tengah udara sejuk gurun.

Di luar Masjidil Haram, para pedagang teh mint dan gahwa semakin ramai. Asap kecil dari cangkir-cangkir hangat menari di udara, memberi jeda bagi jamaah yang ingin beristirahat sejenak. Di sela hiruk-pikuk, percakapan singkat antarjamaah dari negara berbeda, bahasa berbeda, cerita berbeda menjadi jalinan kecil yang menghangatkan suasana.

Malam di musim dingin menghadirkan pemandangan yang sulit dihapus dari ingatan. Cahaya ribuan lampu Masjidil Haram memantul di udara dingin, membentuk kilau halus yang menenangkan. Angin dari perbukitan membawa aroma tanah gurun yang damai, seolah mengingatkan bahwa ibadah bukan hanya gerakan tubuh, tetapi juga perjalanan batin.

Di depan Kakbah, seorang pemuda tampak menggigil ringan. Bukan karena udara, tetapi karena doa yang ia ucapkan terasa begitu dekat dengan hatinya. Ia berdiri lama, menumpahkan beban hidupnya dalam satu bisikan. Di sudut lain, seorang ibu bermimik Asia Tenggara duduk dengan air mata mengalir pelan.

Makkah di musim dingin selalu penuh cerita. Cerita tentang mereka yang datang dengan luka lalu pulang dengan hati lebih ringan. Tentang mereka yang tiba dalam kebingungan lalu menemukan jawaban dalam keheningan malam. Tentang manusia yang rapuh namun selalu diberi kesempatan untuk memulai kembali.

 

Ketika fajar menyingsing, langit Makkah berubah menjadi jingga lembut. Burung-burung berputar di atas Masjidil Haram, menyambut hari baru. Para jamaah melangkah lagi, menggigil kecil tetapi tersenyum. Karena dinginnya musim bukanlah penghalang; ia adalah pengingat bahwa dalam setiap hembusan angin sejuk terdapat pelajaran tentang kesabaran, ketulusan, dan ketundukan.

Makkah di musim dingin bukan hanya tempat beribadah. Ia adalah tempat di mana hati manusia dipeluk, dibersihkan, dan dikuatkan kembali.

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya