Instruksi "Viralkan Bencana" Memperkeruh Suasana

Opini, Jurnalis
Minggu 14 Desember 2025 14:32 WIB
Lucia Ratu Persia Mahasiswa Pascasarjana Universitas Paramadina (foto: dok pribadi)
Share :

Paradoksnya, niat awal pejabat mungkin baik, yakni mengajak masyarakat peduli. Namun instruksi semacam ini menunjukkan bahwa pemerintah masih melihat ruang digital sebagai arena amplifikasi, bukan sebagai bagian dari sistem manajemen bencana yang harus dikendalikan secara terstruktur. Pemerintah seharusnya membangun kanal informasi resmi yang cepat, responsif, dan mudah dibagikan, sehingga warga cukup menyebarkan informasi yang telah diverifikasi. Ketika otoritas komunikasi berada di tangan publik, risiko salah tafsir dan polarisasi akan meningkat.

Komunikasi bencana yang efektif tidak boleh bergantung pada viralitas. Negara harus proaktif, bukan reaktif. Informasi harus hadir sebelum kepanikan meluas, bukan setelah masyarakat berusaha menarik perhatian di media sosial. Japan Meteorological Agency dan FEMA di Amerika Serikat menjadi contoh lembaga yang membangun sistem early warning yang jelas, ringkas, dan tidak bergantung pada warganet. Pesan dikirim dalam hitungan detik melalui kanal resmi, bukan menunggu video dibagikan ribuan kali.

Partisipasi publik tentu penting dan tidak perlu ditolak. Solidaritas warga merupakan energi sosial yang berharga. Namun partisipasi harus dibangun melalui koordinasi yang jelas, bukan melalui seruan spontan untuk menjadikan musibah sebagai tren. Pemerintah perlu meningkatkan literasi komunikasinya dan memahami bahwa pengelolaan narasi dalam situasi bencana bukan sekadar menyampaikan kabar, melainkan menyelamatkan nyawa.

Pada akhirnya, bencana bukan peristiwa yang seharusnya menunggu popularitas agar mendapat respons. Instruksi memviralkan bencana bukan hanya kurang tepat, tetapi juga menjadi indikator lemahnya koordinasi komunikasi pemerintah. Negara harus kembali pada prinsip dasar manajemen krisis: hadir lebih cepat daripada rumor, mengendalikan narasi sebelum persepsi terbentuk, dan melindungi martabat korban. Bencana membutuhkan empati, ketepatan, dan ketegasan—bukan viralitas.


Penulis: Lucia Ratu Persia - Mahasiswa Pascasarjana Universitas Paramadina
 

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya