SANAA – Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya karena tidak menemui kata sepakat dengan Kelompok Houthi.
“Kami tidak bisa berpesta sekarang, kami tidak mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya,”ujar Perdana Menteri (PM) Yaman, Khaled Bahah, beberapa saat setelah pengumuman pengunduran diri Presiden Yaman, seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (23/1/2015).
Untuk mengatasi kekosongan kursi kepresidenan, PM Bahah akan menjalankan tugas Presiden Yaman hingga terbentuknya pemerintahan baru.
Beberapa jam setelah Presiden Yaman mengundurkan diri, empat Provinsi yaitu Aden, Abyan, Lahej, dan Daleh menyatakan memisahkan diri dari Pemerintah Pusat.
Mundurnya Presiden Yaman sangat disesalkan oleh Amerika Serikat (AS). Negara adidaya ini khawatir akan pengaruh kelompok Houthi di Yaman. Houthi merupakan kelompok pemberontak yang berhaluan Syiah dan mempunyai kedekatan dengan Iran.
“Kami akan mendorong upaya perdamaian di Yaman,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, John Psaki.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kelompok Houthi berhasil menguasai Istana Kepresidenan Yaman setelah mengalahkan tentara pro pemerintah pada Rabu, 21 Januari. Kelompok Houthi terus menggempur Istana Presiden Yaman sejak Senin, 19 Januari.
Pengunduran diri ini jelas akan membuat situasi di Semenanjung Arab kian memanas, mengingat Raja Abdullah wafat pada Kamis waktu setempat.
(Muhammad Saifullah )