“Dia terlibat aksi-aksi spionase, juga penyelundupan sparepart radio. Ktut juga pernah menyamar sebagai anggota Palang Merah Internasional membawa ambulans dan pasien ‘jadi-jadian’ untuk menerobos blokade Belanda,” sambung Ady.
Pascarevolusi, kombatan berjuluk “Surabaya Sue” itu meninggalkan Indonesia, sekira medio 1960 untuk pindah ke Sydney, Australia, dan menghembuskan napas terakhir pada 27 Juli 1997.
Kisah Ktut Tantri terbilang masih jarang diketahui khalayak di Indonesia. Pun begitu, menilik perjuangannya, sangat layak untuk diteladani para kartini masa kini.
“Seorang Ktut Tantri siap memperjuangkan langkahnya dalam menegakkan apa yang dia anggap itu adalah kebenaran. Dia tak pernah jera sekalipun pernah merasakan kejinya (siksaan) Kempetai,” ujarnya lagi.
“Menegakkan hal benar mudah diucapkan. Tapi untuk sungguh-sungguh melakukan itu, pada kenyataannya tidaklah semudah pengucapannya,” pungkas Ady.(raw)
(Syukri Rahmatullah)