"Hasutan PKI kepada petani saat Belanda kasih harga murah atas hasil bumi, lalu mereka mau dihasut dan berontak. Akibatnya ada 3000 petani ditangkap, 400 petani diasingkan ke (Boven) Digul, dan Belanda seluruhnya bisa tumpas mereka (petani)," papar Taufiq lagi.
Budayawan Taufiq Ismail (Foto: Antara)
Kata Taufiq, saat Muso merasa gagal berontak, lalu dia pergi ke Soviet hingga tahun 1948. Setelah itu, Muso kembali ke Indonesia dan menemui sahabatnya yang sudah jadi Presiden, Soekarno. Dalam beberapa keterangan sejarah, ketika muda Muso sempat kos di rumah HOS Tjokroaminoto bersama Soekarno dan (pimpinan Darul Islam Tentara Islam Indonesia atau DI/TII) Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
"Muso ketika ketemu Soekarno sombong, tidak hangat, cemburu. Saat ditanya wartawan, dia bilang datang ke sini untuk mengubah keadaan. Dia akan ambil jabatan Soekarno, dia hasut tentara, lalu berontak di Madiun dan berdirilah Republik Soviet di Indonesia. Saat itu juga mereka razia pesantren-pesantren dan menyembelih santri-santri, kiai-kiai dan tokoh-tokoh desa di hampir seluruh Jawa Timur dan Jawa Tengah," imbuhnya.
"Kenapa kok bisa begitu? sebabnya karena adalah Muso 21 tahun di Soviet melihat Stalin membantai penduduknya sendiri. Itu dibawa dia ke Indonesia. Jadi umat Islam dia bantai dengan keji selayaknya Stalin," terang mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia itu.
Dalam catatan Taufiq, waktu itu warga muslim di Madiun ditipu habis-habisan oleh PKI di bawah kendali Muso. Mereka dihasut bakal ada Nabi dari Jawa bernama Muso. Warga mengira itu Nabi Musa yang dikenal di Islam. Dan ternyata mereka justru dibantai habis-habisan.