Tak berapa lama, massa mulai menyemut di sekitar hotel. Sejumlah tentara Dai Nippon yang masih berada di Surabaya juga mulai nampak berjaga. Kemudian Residen Surabaya, Sudirman tiba di lokasi dan ingin berunding dengan perwakilan Belanda, W.V.Ch. Ploegman.
Tapi Ploegman dengan arogannya ‘ogah’ menuruti keinginan massa untuk menurunkan bendera merah-putih-biru dan menyatakan tak mengakui eksistensi Republik Indonesia. Sudirman pun diancam pergi dari hotel dengan todongan pistol.
Insiden pun terjadi. Pistol itu terpental dan meletus tanpa arah setelah tangan Ploegman ditendang pemuda Hariyono. Sudirman pun dievakuasi keluar hotel, sementara pemuda Sidik mencekik Ploegman.
Hariyono kemudian merangsek masuk lagi ke hotel bersma Kusno Wibowo hingga ke tiang sebelah utara Hotel Yamato. Pemuda Hariyono bersama Kusno pun menurunkan bendera, merobek warna biru di bendera Belanda, hingga menyisakan warna merah-putih, warna kebesaran bendera Indonesia untuk kemudian dikerek lagi untuk dikibarkan.
Seketika sang dwiwarna kembali berkibar, massa menyambutnya dengan pekik “Merdeka!" berulang kali dengan mengepalkan tangan ke udara.
(Randy Wirayudha)