Belakangan ada pihak yang melanggar kesepakatan itu sehingga terjadi pertikaian di Madinah. “Itu bukan nabi menyerang mereka karena beda agama, tapi karena ada ingkar janji dari kesepakatan,” jelas Syahrizal.
Kasus serupa di Madinah, kata dia, kini terulang di Aceh Singkil. “Ribut-ribut di Singkil itu terjadi karena tidak konsisten dengan aturan. Bukan penyebabnya karena perbedaan agama. Tapi karena tidak mengikuti aturan yang ada. Aturannya tentang pendirian rumah ibadah,” ujarnya.
Dalam kesepakatan bersama antar umat beragama di sana tahun 2001, telah disepakati di Singkil hanya boleh didirikan satu gereja dan empat undung-undung (gereja kecil).
Tapi dalam 14 tahun terakhir tumbuh hingga 20 rumah ibadah baru tanpa lewat proses izin dari pemerintah, sehingga memunculkan protes dari warga setempat. Namun warga tak pernah mengganggu dan protes rumah ibadah yang sudah ada izin.
Syahrizal mengatakan konflik seperti di Aceh Singkil bisa dihindari jika semua pihak saling menghormati dan taat pada aturan. “Kami mengimbau kesemua pihak untuk saling menahan diri,” pungkasnya.
(Risna Nur Rahayu)