Saat pesawat tidak bisa dikendalikan, ada jeda kekosongan selama sembilan detik, sehingga input dari dua kendali pesawat tidak ada kontrol dari pesawat. Hal itu juga ada komunikasi yang tidak efektif antara Kapten Pilot Iriyanto yang meminta push (dorong), dan kopilot malah menarik kendali.
Karena antara Kapten Pilot dan Kopilot menangani pesawat berbeda, tiba-tiba ada input yang membuat pesawat naik ke atas atau pitching up, hidung pesawat berada di atas (menukik). Pesawat naik ke ketinggian 38 ribu kaki dan sudah berada di luar kemampuan pilot untuk recover dan akhirnya miring hingga 104 derajat.
Dalam catatan FDR, itu dalam kecepatan terendah 57 knot dan ketinggian tertinggi 38 ribu kaki. Ini adalah kondisi puncak dan menyalakan lampu peringatan baik di kopilot maupun di pilot.
Pesawat nahas tersebut akhirnya jatuh secara pelahan pada ketinggian 29 ribu kaki, pesawat jatuh waktunya sekira 2,5 menit. Sampai akhir, dua-duanya (kapten pilot dan kopilot) masih terus berusaha mengontrol pesawat.
Pukul 06.20 WIB
Pesawat jatuh di perairan Selat Karimata.
(Angkasa Yudhistira)