Menurut Paus, ia lebih menghargai kaum penyuka sesama jenis yang menyadari bahwa diri mereka salah, namun tetap dekat dengan Tuhan. Mereka lebih baik daripada orang-orang munafik yang berlindung di balik bangunan gereja, mengecam jemaat dan dunia yang kotor, sementara di belakangnya ia justru melakukan kejahatan yang selama ini ia tuduhkan kepada orang lain.
Di samping mengumbar pandangan terbuka dan keprihatinannya tentang kelompok marjinal tersebut, ia juga menyindir panitera gerejanya yang baru-baru ini terlibat skandal korupsi.
“Seorang koruptor bisa marah karena dompetnya dicuri. Ia lalu mengeluhkan keamanan di jalan-jalan. Akan tetapi, kemudian dia sendiri yang belaku curang dengan menggelapkan pajak negara,” sindirnya.
Ia menyamakan para koruptor yang tak tahu diri itu layaknya orang-orang yang bau mulut tapi tidak pernah sadar bahwa napas mereka mengganggu teman bicaranya selama ini.
Buku itu diluncurkan bertepatan dengan Hari Raya Pengampunan Dosa yang dirayakan setiap 25 tahun sekali pada Selasa, 12 Januari 2016.
(Silviana Dharma)