WASHINGTON – Gedung Putih tengah menimbang untuk membuka sebuah dokumen mengenai peristiwa 9/11 yang menghubungkan antara jaringan asal Arab Saudi dengan pelaku pembajakan pesawat yang digunakan dalam serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang pada 2001 itu.
Penyelidikan gabungan dua partai Amerika Serikat (AS) yang dilakukan pasca tragedi 9/11 mewawancarai ratusan saksi mata dan mengumpulkan laporan setebal 800 halaman, namun bagian terakhir dari laporan itu sampai saat ini masih dirahasiakan karena alasan keamanan nasional.
Setelah 13 tahun, dua orang senator dari penyelidikan gabungan Kongres AS itu mendesak pemerintahan Presiden Barack Obama untuk membuka dokumen itu kepada publik. Senator Kirsten Gillibrand dan Senator Bob Graham yang telah membaca laporan tersebut berpendapat keluarga korban tragedi tersebut berhak untuk mengetahui isi laporan tersebut sebelum kunjungan Obama ke Timur Tengah pada 21 April mendatang.
Dalam wawancara yang dengan stasiun televisi CBS, Senator Graham membenarkan adanya keterlibatan pemerintah, orang kaya, dan badan amal dalam jaringan yang disebutkan dalam laporan tersebut. Laporan tersebut menyebutkan dukungan yang diberikan kepada pelaku aksi pembajakan termasuk akomodasi selama berada di AS dan pendaftaran mereka ke sekolah terbang.
Pada Januari 2000, pelaku pertama pembajakan yang tiba di AS terbang ke Los Angeles setelah menghadiri pertemuan Al Qaeda di Malaysia. Dari 19 orang pelaku, 15 diantaranya adalah warga Arab Saudi.
Menurut laporan yang dilansir Independent, Rabu (13/4/2016) mereka datang tanpa pengelaman sama sekali di dunia Barat dan penguasaan Bahasa Inggris yang minim. Namun, mereka bisa mendapatkan tempat tinggal di San Diego dan belajar menerbangkan pesawat dengan bantuan seorang agen asal Arab Saudi, Omar al-Bayoumi.
Setelah bertemu dengan para pelaku, pada hari itu juga Omar menghubungi Imam masjid San Diego Anwar al-Awlaki yang diduga sebagai perekrut sekaligus motivator bagi para militan Al Qaeda. Semua hal ini dirasa sebagai sebuah kebetulan yang aneh oleh mantan anggota kongres AS Tim Roemer.
“Banyak sekali kebetulan, dan hal itu adalah tabir asap. Apakah hal itu cukup untuk membuat Anda marasa tidak nyaman, dan mencari tahu lebih jauh dan membuka ke-28 halaman itu kepada publik? Tentu saja,” kata Roemer.
Seorang mantan anggota Kongres AS lainnya, Porter Goss mengatakan bahwa alasan dokumen itu dirahasiakan sampai sekarang adalah karena hubungan antara pemerintahan George W. Bush dengan Arab Saudi. Namun, Arab Saudi sendiri dilaporkan telah mendesak dibukanya dokumen tersebut kepada umum.
Meski ada hubungan antara Arab Saudi dengan tragedi 9/11, AS tidak dapat menuntut kerajaan itu karena mereka telah mengklaim kekebalan. Baru-baru ini pengadilan AS justru menuntut Iran yang tidak memiliki hubungan dengan peristiwa berdarah itu untuk membayar ganti rugi sebesar USD10 miliar atau sekira Rp13 triliun.
(Rahman Asmardika)