Acho dan warga lainnya mengatakan belum mengetahui sampai kapan akan tinggal di atas perahu. Bahkan untuk makan dan kehidupan, mereka saja harus dibantu oleh warga lain.
"Entah harus berapa lama kami harus tinggal di atas perahu. Alhamdulillah untuk makan kami dibantu warga lainnya. Kalau tidur, kami tidurnya harus duduk karena di perahu berdesakan," ungkap Acho.
Lebih lanjut Acho menerangkan, setelah penggusuran, banyak anak warga yang memilih tidak sekolah. Hal itu lantaran membantu orangtuanya mengais sia-sia rumah untuk melanjutkan kehidupannya.
"Bahkan, ada yang seminggu sebelum penggusuran sudah tidak sekolah karena ketakutan banyaknya polisi yang datang kemari. Entah bagaimana ke depan hidup kami nantinya," keluh Acho.
(Fiddy Anggriawan )