Setahun kemudian, Willy bersama sang ibu melancong lagi ke AS, seraya mempromosikan bukunya berjudul “My Uncle Adolf”. Tapi mereka lagi-lagi tak bisa kembali sesegera mungkin, karena PD II sudah ‘keburu’ meletus.
Usai Inggris menyatakan perang terhadap Jerman, Willy sempat ingin mengabdi di Angkatan Laut Inggris yang sayangnya, ditolak. Willy pun pindah ke AS dan menulis surat kepada Presiden AS ke-32, Franklin D. Roosevelt (FDR), untuk diizinkan bergabung ke AL AS pada 1942.
“Semua kerabat dan teman-teman saya akan segera bertempur demi kebebasan dan kepatutan di bawah Stars and Stripes (bendera AS). Dengan hormat, saya mengirim petisi ini kepada Anda agar diizinkan bergabung dengan mereka dalam perjuangan melawan tirani penindasan,” tulis Willy kepada FDR, seperti dinukil NY Daily News, Agustus 2012 lalu.
Surat itu sempat lebih dulu diperiksa Badan Investigasi AS (FBI), di mana Direktur FBI, J. Edgar Hoover menyatakan catatan kriminal Willy bersih dan bebas dari masalah hukum. FDR pun mengizinkannya masuk AL AS pada 1944.
Tapi tidak sempat lama berkarier di AL AS sebagai petugas medis, Willy mengalami cedera yang mengharuskannya mengakhiri karier di kemiliteran dengan dianugerahi medali Purple Heart.
Pasca-keluar dari AL AS, Willy mengubah namanya menjadi William Patrick Stuart-Houston dan menikahi kekasihnya, Phyllis Jean-Jacques dan menetap di Long Island hingga meninggalnya Willy pada 14 Juli 1987.
Tak seperti Hitler yang tidak punya keturunan langsung setelah bunuh diri di akhir PD II, Willy punya empat anak, di mana dua di antaranya masih hidup hingga saat ini, yakni Alexander Adolf Stuart-Houston, Louis Stuart-Houston, Howard Ronald Stuart-Houston (meninggal 1989) dan Brian William Stuart-Houston (meninggal 1965).
(Randy Wirayudha)