Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kemarahan George Bush ketika Mendengar Serangan 9/11

Silviana Dharma , Jurnalis-Minggu, 11 September 2016 |17:06 WIB
Kemarahan George Bush ketika Mendengar Serangan 9/11
George W Bush saat mendengar serangan kedua menghantam WTC. (Foto: Reuters)
A
A
A

TRAGEDI 9/11 adalah serangan teroris termasif pertama yang menghantam Amerika Serikat. Sebanyak empat pesawat komersil American Airlines dibajak oleh 19 militan Al Qaeda dan merubuhkan tiga gedung di kompleks Menara Kembar atau World Trade Center.

Serangan pertama dilaporkan pada pukul 08.46 dan ratusan orang telah meninggal. Puluhan panggilan darurat dilakukan penumpang dari atas pesawat yang dibajak. Dengan nada panik, mereka menceritakan rincian peristiwa, bahwa para pembajak sudah menusuk dan membunuh pilot, pramugari dan beberapa penumpang lainnya.

“Amerika sedang diserang!” Itulah pesan yang kemudian sampai ke telinga George Walker Bush yang kala itu menjabat sebagai presidennya. Mantan Gubernur Texas itu ingin segera beranjak dari kursinya di ruang kelas, akan tetapi dia sadar harus tetap tenang menanggapi situasi ini.

Saat itu dia diketahui sedang menjalankan kunjungan terkait program pendidikan di Sekolah Dasar Sarasota, Florida, sekira 1.606, 72 kilometer jauhnya dari lokasi kejadian. Bahkan, dia masih sempat membacakan cerita The Pet Goat saat menara selatan WTC ditabrak pesawat kedua.

Selang 15 tahun sesudah tragedi yang menewaskan hampir 3.000 orang itu terjadi, sebuah catatan tangan dari mantan sekretaris Bush, Ari Fleischer dipublikasikan ke media untuk pertama kalinya. Dalam dokumentasi sepanjang enam halaman tersebut, Fleishcer menuturkan secara detil reaksi Bush dan orang-orang di sekitarnya ketika mendengar kabar AS telah diserang teroris.

Ia membuka kisahnya dengan kebingungan para staf. Semua mengelilingi presiden dan mencoba mencari solusinya. Fleischer bersikeras bahwa sang presiden harus diberi laporan lengkap lebih dulu mengenai situasi terkini di lapangan. Lalu menyusun pidatonya, sebelum bicara di hadapan media massa.

Dilansir dari Independent, Minggu (11/9/2016), pria kelahiran Connecticut 6 Juli 1946 itu meminta waktu untuk menenangkan pikirannya. Dia tidak ingin membuat rakyatnya semakin panik, dengan mendengarnya bicara dalam kondisi terbakar amarah. Tuduhan pertamanya saat itu adalah terorisme.

“Kita akan menangkap para bedebah itu. Kita sudah dalam kondisi perang,” tukasnya dalam pembicaraan lewat sambungan telefon dengan Wakil Presiden Dick Cheney dari atas pesawat.

Kemarahannya masih terus berkobar setelah dia menutup telefon. Bush berbalik dan berkata kepada pelayannya, “saat kita tahun siapa yang melakukannya, mereka tidak akan suka mengetahui saya presidennya. Seseorang harus membayar untuk ini. Saya tidak sabar untuk mengetahui siapa yang melakukan semua ini.”

Sembilan hari kemudian, Bush menyatakan AS berperang terhadap terorisme. Ia menyebut pelakunya adalah militan Islam Al Qaeda dan Presiden Irak Osama bin Laden juga terlibat dalam serangan ini.

“Kita pertama-tama akan memerangi Al Qaeda, tetapi itu bukan akhir. Perang ini tidak akan berakhir sampai semua kelompok teroris di seluruh dunia ditemukan, dihentikan dan dikalahkan,” serunya yang mengundang tepuk tangan riuh.

Seruan itu sayangnya, telah mewabahkan virus islamophobia ke seantero Negeri Paman Sam. Selain itu, sejumlah negara di Asia Selatan dan Timur Tengah hancur akibat deklarasi perang ini, seperti yang terjadi di Irak dan Afghanistan.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement