Didampingi Kaur Mitra Penmas Bidang Humas Polda Jatim Kompol Rety, ia menjelaskan kasus pembunuhan dengan korban Ismail Hidayat ditangani oleh Polres Probolinggo dan kasusnya juga sudah dilimpahkan ke Kejari Probolinggo. Sebagian tersangka untuk kedua kasus pembunuhan itu memang ada yang sama.
Tidak hanya kasus hukum, Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji bersama Gubernur Jatim Soekarwo, Pangdam V/Brawijaya Mayjen I Made Sukadana, dan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur juga merencanakan rehabilitasi para korban ajaran padepokan itu.
"Saya sudah perintahkan Kapolres Probolinggo untuk menggelar pertemuan dengan Forkopimda setempat. Saya juga bertemu Gubernur Jatim dan Pangdam Brawijaya untuk membicarakan rehabilitasi korban padepokan yang dipimpin Taat Pribadi (46) itu," kata Kapolda Jatim di Mapolda Jatim, Senin lalu.
Setelah melepas delapan truk bantuan Bhayangkari Polda Jatim untuk korban banjir di Garut, Kapolda Jatim itu menjelaskan penanganan kasus Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng tidak hanya penindakan hukum, namun juga pada masalah dampak sosial dari praktik penggandaan uang yang dilakukannya.
"Banyak korban Taat Pribadi yang masih bertahan di Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Mereka kebanyakan berasal dari luar Jawa Timur, seperti Sumatera, Sulawesi. Kemungkinan, kami akan merehabilitasi mereka ke kampung halaman mereka di Sumatera, Sulawesi, dan sebagainya," katanya lagi.
Rencana Kapolda Jatim itu mendapat respons dari Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf. Untuk rehabilitasi padepokan, Wagub menyarankan bekas padepokan itu dimanfaatkan sebagai pondok pesantren atau sekolah, sehingga berguna untuk masyarakat.
"Kalau memungkinkan, lebih baik padepokannya digunakan sebagai pondok pesantren yang benar-benar mengajarkan pendidikan Islam dengan guru atau kiai sesungguhnya," ujarnya Gus Ipul, di Surabaya, Rabu (28/9).
Padepokan tersebut milik Taat Pribadi. Polisi telah menggerebek dan menangkap pemiliknya pada Kamis (22/9), karena diduga terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap mantan pengikutnya, sekaligus praktik penipuan dengan modus mampu menggandakan uang.
Gus Ipul mengaku prihatin dan menyayangkan masyarakat yang mempercayai praktik Kanjeng Dimas tentang penggandaan uang, karena hal itu dinilai tidak masuk akal dan tidak berdasarkan ilmu agama.
Dia mengimbau kepada siapa saja yang berniat mencari guru dan mendalami ilmu agama, untuk melihat terlebih dahulu rekam jejak serta dasar keilmuannya, termasuk dari figur yang mengaku "sakti" seperti Taat Pribadi sekalipun.
"Jangan karena omongan teman dan diiming-imingi sesuatu yang tak masuk akal, kemudian ikut-ikutan bergabung serta menaati semua yang diajarkan meski sesungguhnya di luar nalar dan ilmu. Cari guru yang paham agama," ujar Gus Ipul yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu lagi.
(Rizka Diputra)