BELUM lama ini industri film Amerika Serikat (AS) Hollywood, merilis sebuah film yang berdasarkan kisah nyata pilot AS yang disiksa Jepang dengan berbagai cara keji bertajuk ‘Unbroken’. Kisah “serupa tapi tak sama” sejatinya juga pernah terjadi pada salah seorang petarung republik ternama, Alexander Evert Kawilarang.
Ayahnya, AHH Kawilarang yang merupakan pensiunan perwira KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda berpangkat mayor, jadi inspirasi tersendiri buat Kawilarang untuk mengikut jejak ayahnya.
Singkat kata setelah selesai pendidikan dasar dan menengah, Kawilarang meniti karier kemiliteran di dua tempat. Yakni pendidikan CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren) atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan, serta KMA (Koninklijke Militaire Academie) alias Akademi Militer Kerajaan Belanda di Jatinegara.
Kawilarang yang tidak lama menempuh pendidikan di KMA, sudah harus ikut mobilisasi menghadapi invasi Jepang pada 1942. Tatkala Belanda menyerah di Kalijati, semua prajurit KNIL dijebloskan ke tahanan, termasuk Kawilarang.
Pelarian dari Kamp Interniran
Kawilarang sendiri dimasukkan ke kamp interniran Depot Bandung (kini Gedung Rindam III Siliwangi di Jalan Manado). Tiba saat sehari sebelum para tahanan akan digunduli Jepang, Kawilarang merencanakan kabur dari penjara.
Dia tahu bahwa jika digunduli, akan lebih sulit kabur karena akan lebih mudah diketahui meski sudah berada di luar kamp interniran. Hujan deras di malam hari mengiringi upaya lolosnya Kawilarang dari penjara bersama enam rekannya pada 20 April 1942.
Kawilarang Cs pun harus melalui pengalaman tidak mengenakkan – seperti yang ada di film-film Hollywood tentang kaburnya tahanan dari penjara, di mana mereka harus melewati selokan yang bau airnya bisa bikin muntah. Upaya keras itu berbuah hasil.