TIDAK dapat dipungkiri, pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini menyedot perhatian banyak pihak. Selain di dalam negeri, juga mancanegara. Pasalnya, AS adalah salah satu kutub kekuatan dunia yang terlibat di hampir seluruh benua di atas muka Bumi ini.
Kebijakan Negeri Paman Sam sebut saja di antaranya berpengaruh di Timur Tengah, Asia, Eropa sampai ke Afrika. Ada negara yang berpihak padanya, ada juga yang mengharamkan ajaran dan budayanya.
Kini saat pemimpin baru di negara yang dijuluki adidaya itu hendak berganti, semua mata dari teroris hingga kepala negara dan pemerintahan di berbagai belahan dunia, was-was akan perubahan yang mungkin terjadi.
“Ada banyak negara yang menyaksikan pilpres AS dengan urat saraf yang cukup tegang. Di antaranya, yang paling terdampak langsung oleh hasilnya, tentulah Meksiko. Ekonomi Meksiko misalnya, kita bisa lihat bagaimana Peso bereaksi naik turun ketika masing-masing capres AS melontarkan pernyataan atau pun terjadi perkembangan dalam jajak pendapat,” ujar pengamat politik luar negeri asal Indonesia, Arya Sandhiyudha kepada Okezone, Minggu (30/10/2016).
Menurut Direktur Eksekutif Madani Center for Development and International Studies (MaCDIS) itu, Meksiko tentu sangat mempertimbangkan besaran kontribusi kandidat terpilih untuk NAFTA ke depannya. Begitu juga hubungan perdagangan, kebijakan imigrasi, keamanan perbatasan dan lainnya antara kedua negara.
Pada lingkup yang lebih luas, Arya menerangkan, ketertarikan cukup besar juga ditemukan di negara-negara Eropa, baik mereka yang tergabung dalam Uni Eropa, Eropa Tengah maupun Eropa Timur. Demikian juga berlaku bagi kawasan Asia Pasifik.
“Di Eropa, Anda akan melihat aliansi bereaksi. Misalnya dalam kelompok Visegrad yang terdiri dari Republik Ceko, Hungaria, Polandia dan Slovakia. Lalu ada juga kelompok negara Eropa Timur yang mencoba mencari bentuk respon dan posisi paling tepat terhadap Rusia,” paparnya.
Warga negara Indonesia pertama yang menyelesaikan gelar Doktor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Turki itu menambahkan, kalau di Asia, banyak negara khawatir dengan agresivitas China di Laut China Selatan dan Timur.
“Semua pihak menanti AS. Oleh karena itu, mereka mencoba menakar skala keterlibatan, serta derajat komitmen Hillary dan Trump dalam menyelesaikan sengketa kemaritiman ini. Terutama, negara-negara tersebut ingin tahu apakah mereka bisa mengandalkan AS atau tidak,” cetusnya.
Foto: Menlu AS John Kerry dan Menlu China Wang Yi. (Reuters)
Arya menyebut, negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang selama ini menjadi sekutu terdekat AS juga memantau hubungan politik luar negeri yang mungkin di masa mendatang. Keduanya menimbang, capres manakah yang lebih berkomitmen terhadap situasi yang mereka hadapi di kawasan.
“Masalah Korea Utara jelas akan mendorong AS lebih fokus ke kawasan ini melalui kebijakan multi-platform yang mempertimbangkan aspek ekonomi, perdagangan dengan aspek politik serta aliansi keamanan,” tambah dia.
Sarjana Fatih University itu meyakini, sebenarnya siapa pun yang terpilih, AS akan tetap memberi perhatian pada kawasan Asia Pasifik ini. Pembedanya hanya soal skala keterlibatan dan model pendekatan yang dipakai masing-masing capres.
Bicara soal skala keterlibatan, Arya menekankan, isu perjanjian perdagangan terbesar dalam sejarah Negeri Paman Sam, yakni Trans-Pacific Partnership (TPP) tidak boleh dilupakan. Negosiasinya diketahui masih melorot hingga kini dan tidak ada jaminan bahwa agenda tersebut akan berjalan mulus.
Ilustrasi. Kerjasama Lintas Pasifik (Mortley Magazine)
Dalam hal ini, banyak pengamat melihat Hillary Clinton akan lebih condong meneruskan dan menyetujui perjanjian dagang tersebut. Sementara Donald Trump menentangnya habis-habisan. Perlu diingat di sini, selain presiden, kebijakan tersebut juga butuh persetujuan dari kongres dan parlemen AS.
“Vietnam telah menunda ratifikasi, Jepang mengatakan akan terlibat. Namun sebenarnya, mereka itu berharap AS yang akan memberikan jaminan stabilitas politik di kawasan. Derajat komitmen mereka akan sangat bergantung pada hasil penilaian atas pemantauan mereka terhadap Pilpres AS,” tutupnya.
(Silviana Dharma)