Di samping itu, aktivis hak asasi manusia di Gambia memandangnya sebagai penguasa yang lalim. Presiden Jammeh pernah dikecam atas ancamannya untuk memenggal kepala kaum homoseksual, serta menyerukan agar setiap penyihir diburu dan dibunuh. Jammeh juga terkenal suka menangkap dan menuntut para jurnalis dan oposisinya ke meja hukum.
Sedikitnya dua pengunjuk rasa dari kubu oposisi meninggal dalam penahanannya. Salah satunya adalah sekretaris pengorganisasian Partai Nasional, Solo Sandeng. Ia dipukuli sampai mati di Lembaga Intelijen Nasional pada April lalu.
Kekalahan Jammeh adalah fenomena langka di Benua Hitam. Sebab kebanyakan pemimpin di negara tersebut dibiarkan berkuasa terlalu lama, tetapi tidak memajukan negaranya. Rakyat tetap hidup dalam kemiskinan, sementara keluarga presiden semakin kaya.
Pemimpin-pemimpin Afrika lain diprediksi tinggal menunggu waktu untuk dilengserkan. Meskipun mereka bersumpah ingin tetap menjabat sampai akhir hayatnya.
(Silviana Dharma)