Karena waktu sudah gelap, rumah itu sudah ditutup oleh sang kuncen dan tak bisa dilihat dengan detail interiornya. Hanya disebutkan, interiornya terbuka tanpa sekat antar-ruangan, serta ada tujuh buah anak tangga di pintu utamanya.
“Karena sudah malam, sudah kita kunci. Tapi kalau mau lihat-lihat sekitar bangunannya silakan saja,” tutur Sri, sang kuncen kepada Okezone.
Meski sedikit gelap, masih nampak kesolidan kayu-kayunya yang sama sekali tak keropos termakan rayap selama empat abad. Di bagian depan situs ini juga terdapat sebuah plang, di mana informasinya situs ini berada di bawah kewenangan Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional Dibudpar Provinsi Jawa Barat.
“Sebenarnya ini sih di bawahnya BCB (Bangunan Cagar Budaya) yang di Banten. Bangunannya kalau orang sini bilangnya kayu ki welang atau kayu ulin. Makanya awet. Dibuatnya enggak dipaku karena akan bengkok pakunya, makanya pakai pasak,” lanjut Sri.
Jadi Tempat Minta "Berkah"