Pagi hari pada 17 Maret 1892, mayat sang ibu dan putri tertuanya digali dari kubur. Warga kemudian memutuskan, keduanya bukanlah vampir karena kondisi jenazah yang sudah terurai. Tetapi saat menggali kuburan Mercy, mereka menemukan jasadnya dalam kondisi sempurna.
Tidak ada pembusukan sedikit pun. Selain itu, letaknya juga berbeda dari saat ia dikuburkan. Para penggali kubur menemukan darah segar di jantungnya. Dengan segera, jantung Mercy dikeluarkan dari tubuhnya, lalu dibakar hingga menjadi abu di atas abu pemakaman.
Kuburan Mercy Brown. (Foto: Vintage News)
Sisa-sisa jantung Mercy kemudian dicampurkan dengan air dan diminumkan ke Edwin. Ayahnya berharap, abu dari 'jantung vampir' dapat menyembuhkan putranya itu. Sayangnya, ritual ini gagal. Edwin menghembuskan napas terakhir dua bulan kemudian.
Jenazah Mercy Brown disimpan di dalam peti dan ditimbun tanah pada musim dingin. Banyak ilmuwan modern meyakini, tubuhnya dalam kondisi sempurna karena suhu yang membekukan. Meski demikian, tidak ada yang dapat menjelaskan bagaimana posisinya bisa berubah.
Setelah dirusak, jasad Mercy kembali dikuburkan. Kali ini, Pemakaman Chestnut Hill di belakang Gereja Baptis di Exeter menjadi tempat peristirahatan terakhirnya. Legenda tentang Mercy Brown sendiri pun terus hidup selama berabad-abad setelah kematiannya.
(Silviana Dharma)