Peristiwa Merah Putih di Manado
Pada tanggal yang sama 71 tahun lampau (14 Februari 1946), sejumlah pemuda Manado, Sulawesi Utara yang tergabung di KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch Leger/Pasukan Kerajaan Hindia Belanda), mengadakan kudeta terhadap NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie/Pemerintahan Sipil Hindia Belanda). Kudeta itu berhasil merebut Kota Manado dari tangan Belanda untuk kemudian menyatakan bergabung ke Republik Indonesia.
Gagasan kudeta ini tak lepas dari pemikiran Overstee (Letkol) CH Taulu, Sersan SD Wuisan, Bernard Wilhelm Lapian, Wangko Sumanti, Frans Lantu, Yan Sambuaga dan Wim Tamburian. Pada suatu dini hari 14 Februari 1946, KNIL Kompi VII yang berbasis di Teling, menyergap dan menangkap tentara-tentara NICA lainnya.
Tak ada perlawanan dari garnisun-garnisun KNIL lainnya karena menganggap pemberontakan militer itu hanya untuk menuntut perbaikan nasib. Komplotan KNIL Kompi VII itu jgua sukses membebaskan beberapa tokoh nasionalis seperti Nani Wartabone, OH Pantouw, Geda Dauhan, John Rahasia serta Chris Ponto yang sebelumnya dipenjarakan NICA.
Dari sana, dua peleton pasukan pemberontak bergerak ke Tomohon dan Manado. Beberapa perwira Belanda ditangkap dan ketika sudah sukses dikuasai, bendera merah putih dikibarkan di segenap wilayah Minahasa.