KUALA LUMPUR – Sudah delapan hari berlalu sejak kakak tiri Presiden Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam, meninggal. Akan tetapi, otoritas Malaysia tak kunjung memberikan kepastian mengenai penyebab kematiannya maupun mengungkap dalang di balik pembunuhan ini.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa autopsi telah selesai dilakukan. Diketahui Kim Jong-nam tewas karena diracun. Ada dua kemungkinan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuhnya, risin dan tetrodotoksin (TTX).
Risin adalah protein beracun yang terkandung dalam biji pohon jarak atau biji kasturi. Sementara TTX adalah racun mematikan yang terdapat pada ikan buntal. Risin cukup lambat dalam membunuh seseorang sedangkan TTX melumpuhkan dan membunuh korban 1.200 kali lebih cepat daripada racun sianida.
(Baca selengkapnya: Kakak Tiri Jong-un Diduga Tewas karena Racun Ikan Buntal)
Kendati demikian, pernyataan berbeda terlontar dari mulut Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia , Dokter Noor Hisham Abdullah. Ia menyatakan, pihaknya sampai saat ini masih menunggu riwayat medis dan rekam gigi keluarga korban dari Kedutaan Besar Korea Utara. Kelambanan Kedubes Korut menyediakan sampel DNA untuk dicocokkan itulah yang menghambat proses identifikasi korban. “Penyebab kematian dan identitas korban masih tertunda,” katanya.
Sehari sebelumnya, Dubes Korut untuk Malaysia Kang Chol menunjukkan kekecewaan besar terhadap penyelidikan yang dilakukan Malaysia. Selain amat tertutup, Malaysia juga menolak tawaran kerjasama yang diajukan Korut.
“Sekarang sudah tujuh hari berlalu setelah insiden, tetapi belum ada bukti yang jelas mengenai penyebab kematian. Pada tahap ini, kami tidak bisa memercayai lagi penyelidikan yang dilakukan oleh polisi Malaysia, meskipun belum ada kesimpulannya,” ungkap Kang Chol dalam konferensi pers di depan Kedubes Korut di Kuala Lumpur, Senin 20 Februari 2017.
Putra Kim Jong-nam, Kim Han-sol, kabarnya sudah berada di Negeri Jiran sejak Senin 20 Februari malam waktu setempat. Namun keberadaannya sekarang tetap misteri. Tidak ada yang tahu, apakah pemuda 21 tahun itu benar-benar jadi datang atau sudah bertemu dengan siapa saja dia di Malaysia.
Otoritas yang berwenang di Malaysia berjanji akan mengumumkan hasil autopsi Kim Jong-nam selengkapnya pada Rabu 22 Februari 2017. Hal itulah yang sekarang sedang ditunggu-tunggu.
Nasib Siti Aisyah
Selain penyebab kematian Kim Jong-nam, nasib para tersangka juga tidak jelas. Polisi Malaysia telah menangkap empat orang yang diduga terlibat dalam penyerangan di terminal dua bandara internasional Kuala Lumpur pada Senin 13 Februari 2017. Sayangnya, hingga sekarang belum ada lagi kelanjutan perihal status tetap dan keterlibatan seperti apa yang dimainkan keempat tahanan.
Indonesia khususnya menyoroti nasib warga negaranya, Siti Aisyah yang ditahan pada Kamis 16 Februari pagi buta. Dia dan seorang perempuan tersangka asal Vietnam, Doan Thi Huong, berkali-kali mengatakan kalau mereka mengira aksinya hanya iseng semata. Kepolisian Malaysia menolak menanggapi soal ini dalam konferensi pers di Bukit Aman pada Minggu 19 Februari.
Pengakuan Siti Aisyah sendiri tidak bisa dianggap angin lalu. Pasalnya perempuan kelahiran Serang, Banten, itu rupanya pernah ikut program jahil yang serupa di suatu pusat perbelanjaan di Jakarta. Demikian keterangan dari seorang penjaga keamanan Malaysia tempat Siti ditahan.
Kasus yang menimpa Siti Aisyah bahkan mendapat perhatian langsung dari Presiden Joko Widodo. Mensesneg Praktikno memastikan, orang nomor satu di Indonesia itu terus memantau perkembangan kasus Siti Aisyah melalui Kementerian Luar Negeri RI.
Lebih lagi, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sampai sekarang belum mendapat akses kekonsuleran. Bahkan, Pemerintah Malaysia pun melarang pejabat KBRI Malaysia menemui Siti Aisyah.
Terakhir, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi berangkat ke Filipina serta melakukan pertemuan trilateral dengan Menlu Malaysia Dato Sri Anifah Aman dan Menlu Vietnam Panh Binh Minh di sela Pertemuan Menteri Luar Negeri Negara-Negara ASEAN.
Menlu Retno kembali meminta Malaysia untuk memberikan akses kekonsuleran kepada Indonesia untuk membantu Siti Aisyah. Akses kekonsuleran itu diperlukan agar hak-hak hukum Aisyah terpenuhi sepanjang proses hukum dijalani.
Menanggapi permintaan tersebut, Menlu Malaysia Dato Sri Anifah Aman mengatakan, saat ini penyelidikan masih berlangsung, namun akses kekonsuleran akan diberikan secepatnya.
Menebar Kecurigaan
Terlepas dari segala misteri yang menyelubungi kematian mantan calon pewaris takhta dinasti Kim di Korut, kecurigaan bertebaran di mana-mana. Mulai dari menipisnya kepercayaan Korut terhadap upaya penyelidikan Malaysia hingga isu adanya restoran di Indonesia yang digunakan sebagai kedok kegiatan mata-mata Korea Utara (Korut).
(Baca selengkapnya: Restoran Dijadikan Kedok Mata-mata Korut, Polri Akan Lakukan Penyelidikan)
Akhir pekan lalu, koran Malaysia The Star menurunkan laporan tentang Biro Umum Reconnaissance (RGB), Badan Intelijen Korut, yang beroperasi di Malaysia, Singapura, dan Indonesia selama dua dekade terakhir. Artikel ini muncul terkait dengan pembunuhan terhadap Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korut Kim Jong-un yang diasingkan, oleh satuan mata-mata negara Komunis itu.
Seorang juru kamera dari Korean Broadcasting System (KBS) juga kena getahnya. Dia ditahan setelah menimbulkan kecurigaan polisi dengan berkeliaran di sekitar Institut Forensik Medis Nasional Malaysia (IPFN) yang menjadi tempat jasad Kim Jong-nam disimpan.
(Baca selengkapnya : Polisi Tahan Kameramen Mencurigakan di Lokasi Jasad Kim Jong-nam)
Juru kamera yang tidak disebutkan namanya itu diketahui tidak memiliki kartu identitas dan paspor yang lengkap. Untungnya, dia bisa dibebaskan setelah tim KBS membawakan dokumen-dokumennya.
(Silviana Dharma)