Sesekali Renshaw menengok ke arah para korban yang berhasil diselamatkannya. Matanya tertahan kepada remaja yang kakinya terluka tadi. Dia masih di luar arena, ditemani ibunya. Mereka menunggu selama tiga jam sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit dengan mobil ambulans.
“Kami tidak memikirkan hal lain saat itu, hanya berfokus membantu sebanyak mungkin orang. Saya mendengar perintah untuk mencari bom kedua, tetapi saya tidak tahu itu di mana, jadi saya terus menolong orang-orang saja,” ungkapnya.
Seluruh korban ledakan di konser musik Ariana Grande sudah teridentifikasi. (Foto: Mirror)
Renshaw mengaku ketakutan, tetapi dia adalah seorang petugas. Jadi dia merasa, tidak mungkin untuk hanya berdiri di luar dan memikirkan keselamatan sendiri. Sementara banyak orang di dalam membutuhkan pertolongannya.
“Saya bisa saja menyesalinya, tetapi saya tidak akan melakukannya. Kami semua bertekad melakukan apa yang kami bisa. Dan saya yakin kami akan melakukan hal yang sama lagi dan lagi,” ucapnya.
Ledakan bom di Manchester Arena terjadi pada 22 Mei. Polisi merilis jumlah korban tewas mencapai 22 orang. Korban termuda berusia delapan tahun dan yang tertua berumur 50 tahun. Pelaku diduga ada kaitannya dengan ISIS, yakni Salman Ramadan Abedi turut meninggal dalam kejadian tersebut.
(Silviana Dharma)