MOSKOW – Sikap tegas Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar memicu krisis di Teluk Arab. Dubes Uni Emirat Arab untuk Rusia, Omar Saif Ghobas menilai, pemutusan hubungan diplomatik, termasuk kerjasama ekonomi, terjadi karena mereka sudah putus asa menghadapi Doha.
Ghobas mengungkap, segala upaya diplomasi dan diskusi terkait kedekatan Qatar dengan kelompok teroris sudah dilakukan bertahun-tahun. Akan tetapi, Negara Emir itu bergeming. Mereka seperti tidak mau ambil pusing dan mendengarkan saran Arab Saudi cs.
“Tak ada lagi kepercayaan kepada Qatar. Rasa itu sudah hilang. Jadi, ketika Menteri Luar Negeri Qatar minta kami mendengarkan dan berdialog, kami tak lagi percaya,” terangnya, seperti disunting dari The Guardian, Jumat (9/6/2017).
Diplomat terkemuka di Uni Emirat Arab itu juga menekankan kalau kesabaran mereka telah habis. Kebebalan Qatar, menurutnya, sudah sangat fatal dan tak termaafkan.
“Kami percaya bahwa diskusi dengan Qatar untuk membuat keadaan lebih baik, sudah berakhir. Mereka sudah lama tahu kalau kami sangat menentang pendanaan ekstremis,” tukasnya.
Pada 2014, Qatar juga pernah mengecewakan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Dua negara yang punya peran besar dalam perubahan kebijakan politik luar negeri Qatar. Ghobas menyebut, Doha waktu itu melanggar janji untuk mengendalikan dukungan terhadap Islam politik.
Sejumlah negara, seperti Turki, Kuwait dan Indonesia telah menyatakan kesiapan mereka membantu proses rekonsiliasi antara Qatar dan negara-negara yang memutuskan hubungan diplomatik dengannya. Akan tetapi, Ghobas melihat peluang berbaikan itu kecil untuk jangka waktu dekat.
“Akan sulit (berbaikan) dalam jangka panjang, jika Qatar terus melanggar komitmen dan mendanai kelompok ekstremis. Perkara ini butuh verifikasi yang luar biasa,” pungkasnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)