SEOUL – Pengakuan mengejutkan meluncur dari pihak badan intelijen Korea Selatan (NIS). Mereka mengaku menjalankan kampanye ilegal yang memengaruhi jalannya Pemilihan Presiden (pilpres) 2012 dengan menggerakkan tim ahli dalam perang psikologis demi memenangkan Park Geun-hye.
Fakta tersebut terungkap dalam penyelidikan internal oleh NIS belum lama ini. Penyelidikan juga mengungkap upaya dari direktur NIS dan pejabat senior lain untuk memengaruhi para pemilih dalam pemilihan umum legislatif pada masa pemerintahan Presiden Lee Myung-bak.
“Tim tersebut diberi tugas menyebarkan opini pro-pemerintah dan menekan pandangan-pandangan anti-pemerintah, dengan melabeli mereka sebagai perpanjangan tangan pasukan pro-Korea Utara yang ingin mengganggu urusan dalam negeri,” bunyi laporan NIS tersebut, seperti dimuat The Guardian, Jumat (4/8/2017).
Sebagaimana diketahui, Pilpres Korea Selatan (Korsel) 2012 dimenangi oleh Park Geun-hye dengan menyisihkan Moon Jae-in. NIS disinyalir sengaja melancarkan kampanye ilegal demi mencegah Moon Jae-in yang berpaham liberal untuk berkuasa di Negeri Ginseng.
Hasil investigasi menunjukkan, unit perang siber NIS membentuk sebanyak 30 tim lintas departemen yang terdiri dari pejabat dan warga biasa dengan kecerdasan di atas rata-rata. Mereka ditugaskan untuk mengunggah dukungan terhadap politisi konservatif selama dua tahun menjelang Pilpres Korsel 2012.
Laporan tersebut diterbitkan tepat pada hari terakhir sidang Won Sei-hoon, Direktur NIS pada 2009-2013. Ia dituduh mengorganisasi kampanye terselubung untuk memenangkan Park Geun-hye.
Menurut pemberitaan Yonhap, beberapa hari sebelum pelaksanaan pilpres, pejabat NIS yang bertugas mengatasi perang siber dengan Korea Utara (Korut), mengunggah pesan-pesan bernada kritis yang menargetkan Moon Jae-in di media sosial dan situs pemberitaan. Won bahkan mengatakan perang melawan gerakan anti-pemerintah sama pentingnya dengan upaya mengganggu stabilitas Korut.
“Operasi psikologis terhadap Korut memang penting, tetapi operasi psikologis kita terhadap publik Korsel juga penting,” ucap Won Sei-hoon dalam sebuah pertemuan pada April 2012, delapan bulan sebelum Pilpres Korsel, seperti dimuat harian Hankyoreh.
Moon Jae-in yang kini menjabat sebagai presiden bersumpah untuk mereformasi NIS. Ia sudah menunjuk Suh Hoon sebagai Direktur NIS yang baru. Keduanya sepakat untuk menghentikan keterlibatan NIS dalam politik dalam negeri dan fokus untuk menghadapi Korut.
(Wikanto Arungbudoyo)