FREETOWN – Warga wilayah Regent, Sierra Leone, mulai memakamkan satu per satu korban tewas akibat musibah tanah longsor yang terjadi pada Senin 14 Agustus 2017. Prosesi pemakaman tersebut dilakukan di tengah bayang-bayang penyebaran penyakit endemik pasca-bencana.
Para warga mengantre dengan tertib untuk mengidentifikasi jenazah kerabatnya yang tewas akibat tertimbun tanah. Sukarelawan yang turut membantu proses tersebut mengingatkan kemungkinan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh menguarnya bau busuk dari sekira 400 jenazah.
Kepala Badan Forensik Freetown, Seneh Dumbuya menuturkan, pemakaman 297 jenazah tengah berlangsung. Ratusan jenazah tersebut dibawa ke pemakaman umum Ebola di Waterloo, sekira 30 kilometer (km) dari Ibu Kota Freetown untuk dikebumikan.
“Kami tidak bisa menunggu hingga besok untuk pemakaman korban, sebagaimana yang disarankan pemerintah, karena sebagian besar jenazah sudah mulai membusuk. Pemakaman akan dilangsungkan hingga malam hari,” tukas Seneh Dumbuya, mengutip dari Reuters, Kamis (17/8/2017).
Meski dikenal menghasilkan permata bernilai tinggi, Sierra Leone masuk dalam kategori negara paling miskin di dunia. Bekas jajahan Inggris itu pernah dilanda penyebaran penyakit endemik Ebola pada rentang 2014-2016 hingga menewaskan 4.000 orang.