Suu Kyi baru bergabung ke parlemen untuk pertama kalinya pada April 2012 setelah NLD memenangkan banyak kursi dalam Pemilu 2012. Hal tersebut pun membuat ia terpilih sebagai pemimpin oposisi. Ia tidak bisa memimpin Myanmar langsung dikarenakan memiliki pasangan dan anak berkewarganegaraan asing. Selain itu, Suu Kyi juga menjabat sebagai penasihat negara pada 2016 hingga sekarang. Suu Kyi juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Energi, Pendidikan, dan menjadi Menteri di Kantor Presiden. Oleh karena itu, meski ia tak memimpin Myanmar secara langsung, ia memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan-kebijakan di Myanmar.
4. Mendapatkan Nobel Perdamaian pada 1991
Karena aksinya dalam meraih demokrasi di negaranya tanpa kekerasan dalam menentang saat berada di bawah rezim U Ne Win, Suu Kyi diberi penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991. Suu Kyi bergabung bersama masyarakat sipil dan memimpin mereka untuk melawan pemimpin Myanmar untuk meminta perdamaian. Ketika hari penobatan, ia tak hadir karena khawatir junta tidak mengizinkannya kembali ke Myanmar. Putranya yaitu Kim, mewakilinya ke Oslo untuk menerima penghargaan. Aung San Suu Kyi baru menyampaikan pidato penerimaannya 20 tahun setelah ia menerima nobel.
Suu Kyi saat pidato atas penerimaan Nobel Perdamaian (Foto: Reuters)
5. Mendapatkan Penghargaan di Berlin
Selain Nobel Perdamaian dunia, pada 2014 Suu Kyi juga mendapatkan penghargaan Willy Brandt yang dihibahkan oleh Partai Sosial Demokrat (SPD) di Jerman kepada Suu Kyi. Menurut beberapa sumber, nama penghargaan tersebut diambil dari nama mantan kanselir Jerman Barat terakhir yang dikenal sebagai pejuang demokrasi.