SIAPA yang tidak kenal dengan peraih Nobel Perdamaian 1991, Aung San Suu Kyi. Tokoh prodemokrasi yang berasal dari Myanmar ini merupakan orang yang berpengaruh ketika pembantaian dilakukan oleh diktator Myanmar pada masanya, U Ne Win. Dia menentang apa yang dilakukan oleh U Ne Win dan memulai sebuah gerakan tanpa kekerasan untuk mencapai demokrasi dan hak asasi manusia.
Dengan pengalamannya tersebut, ia dianggap bisa mendamaikan suasana panas di Myanmar. Apalagi saat ini eskalasi konflik kemanusiaan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, kembali naik hingga membuat sedikitnya 125 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Namun sayang, Suu Kyi tetap bergeming mengenai konflik Rohingya yang sudah menelan puluhan ribu korban tersebut. Malah di beberapa kesempatan, Suu Kyi terkesan menghindar ketika ditanyai soal konflik Rohingya.
Meski begitu, pemimpin de facto Myanmar ini tetap dikagumi dan dipuja di negaranya. Berikut beberapa fakta yang didapat dari beberapa sumber oleh Okezone.
1. Memiliki Orangtua yang Disegani dan Ternama
Aung San Suu Kyi lahir di Yangon pada 19 Juni 1945. Ayahnya yang bernama Aung San merupakan seorang jenderal dan pahlawan di Myanmar. Jasanya begitu besar terhadap Myanmar dalam meraih kemerdekaan dari Inggris. Ibu Suu Kyi, Khin Kyi, merupakan seorang Duta Besar Myanmar untuk India pada 1960.
2. Mengenyam Pendidikan di Luar Negeri
Suu Kyi diketahui berkuliah di jurusan politik di New Delhi, India, pada 1964. Setelah itu ia melanjutkan studinya di bidang filsafat, politik, dan ekonomi di Oxford University pada 1969. Ia juga mendapatkan gelar PhD di London University pada 1985. Suu Kyi juga sempat bekerja di PBB selama tiga tahun dan berkorespondensi dengan sejarawan Inggris dan pakar Bhutan, Michael Aris. Keduanya pun kemudian menikah pada 1972. Mereka memiliki dua anak, Alexander dan Kim, dan menghabiskan 1970-an dan 80-an di Inggris, Amerika Serikat, dan India.
3. Presiden Myanmar Sesungguhnya
Dilansir dari Biography, Rabu (6/9/2017), Suu Kyi kembali ke Myanmar dari luar negeri pada 1988, ketika terjadi pembantaian kepada pelaku protes yang melawan U Ne Win dan peraturannya yang ironis. Suu Kyi berani berbicara secara terbuka untuk menentang U Ne Win, dengan isu-isu demokrasi dan hak asasi manusia. Tidak butuh waktu lama bagi junta untuk melihat usahanya. Pada Juli 1989, junta menahan Suu Kyi sebagai tahanan rumah dan memutus akses komunikasi dengan dunia luar.
Junta menempatkan Suu Kyi yang karismatik dan populer di bawah tahanan rumah pada Juli 1989 karena dianggap membahayakan negara. Bahkan tanpa dia, NLD, partai miliknya, memenangkan 392 dari 485 kursi parlemen dalam pemilihan pertama Myanmar dalam hampir 30 tahun. Namun sayang, pihak militer menolak untuk menyerahkan kekuasaan.