Seperti diberitakan, konflik pecah di Provinsi Rakhine, Myanmar sejak akhir Agustus 2017. Militer negara tersebut menyerang permukiman masyarakat Rohingya. Rumah-rumah dibakar dan warga ditembak membabi buta hingga korban jiwa berjatuhan.
Kondisi ini memaksa masyarakat yang turun temurun tinggal di Rakhine, mengungsi ke negara terdekat, Bangladesh. Ironisnya, jalan menuju Bangladesh juga sangat berbahaya karena dipasangi ranjau oleh militer Myanmar.
Pemerintah Myanmar mengklaim, aksi militer merupakan reaksi dari tindakan kelompok Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) yang menyerang pos-pos militer pemerintah pada 25 Agustus 2017. Pemerintah Myanmar menyebut yang mereka sasar adalah kelompok militan, meski faktanya anak-anak, orangtua dan wanita Rohingya menjadi korban serangan militer Myanmar.
(Risna Nur Rahayu)