PARA pengungsi Rohingya mulai diliputi keputusasaan. Kedatangan pengungsi Rohingya dari Myanmar yang ibarat air bah membuat kamp-kamp dan permukiman darurat di Bangladesh menjadi kian padat. Akibatnya, kebutuhan dasar tidak terpenuhi dan persediaan makanan pun menipis.
BACA JUGA: Ya Ampun! Sudah 270 Ribu Muslim Rohingya Ngungsi ke Bangladesh
Perkelahian terjadi karena para pengungsi berebut makanan dan air. Anak-anak dan perempuan mengetuk jendela mobil atau menarik-narik baju wartawan sambil mengusap-usap perut dan mengemis meminta makanan.
PBB, Sabtu 9 September menyatakan, diperkirakan 290 ribu Muslim Rohingya telah tiba di distrik perbatasan, Cox’s Bazar dalam dua pekan terakhir saja. Mereka bergabung dengan sedikitnya 100 ribu orang yang telah berada di sana setelah melarikan diri karena kerusuhan atau persekusi di Myanmar yang mayoritas penduduknya penganut Buddha. Jumlah itu diperkirakan akan terus membengkak, karena ribuan orang menyeberangi perbatasan dengan berjalan kaki setiap hari.
Juru bicara Badan Pengungsi PBB, UNHCR Vivian Tan mengatakan, semakin banyak orang yang datang. "Karena kamp-kamp sudah melebihi kapasitasnya, para pendatang baru spontan mendirikan permukiman darurat di pinggir jalan atau di lahan yang tersedia. UNHCR berusaha memberi bantuan sedapat mungkin di dalam kamp-kamp, namun mengalami kesulitan besar karena setiap hari ada saja orang yang datang tanpa tujuan," jelas Tan.