Petugas berwenang menyimpulkan kelimanya tewas akibat hipotermia. Yang menjadi pertanyaan masyarakat adalah, mereka merupakan kelompok pendaki profesional yang harusnya tahu betul cara untuk menangani hipotermia. Selain itu, hal yang membuat mereka lari dari tendanya juga menjadi misteri yang lain.
Mayat keempat pendaki lainnya yaitu 1 perempuan dan 3 pria kemudian ditemukan 2 bulan kemudian atau pada Mei. Mayat mereka ditemukan dengan luka fisik berat, namun mereka ditemukan dengan mengenakkan pakaian yang lebih memadai untuk melawan dingin. Penyelidikan menyimpulkan bahwa mereka pasti berada di luar saat dugaan penyerang misterius itu muncul.
Terlepas dari semua pertanyaan yang belum terjawab, penyelidikan atas kasus ini ditutup pada Mei 1959. "Sebuah kondisi darurat yang tidak dapat diatasi oleh para pejalan kaki" adalah kesimpulan resmi penyelidikan petugas berwenang. Wilayah tempat mereka tewas menjadi terlarang untuk tiga tahun ke depan, dan kasus Dyatlov diberi label rahasia.

Sungai yang dilewati para pendaki. (Foto: The Vintage News)
Kasus ini ditinjau kembali pada 1993, ketika sebuah longsoran teori konspirasi pecah, masing-masing mengklaim beberapa skenario supranatural atau sangat tidak ortodoks. Mengingat tidak ada yang benar-benar bisa memberikan penjelasan yang tepat mengenai kejadian yang mencakup sembilan kematian misterius, label rahasia, dan tingkat radioaktivitas yang tidak normal.
Saat ini ada banyak situs, artikel, buku, film layar lebar, dan film dokumenter yang membahas tentang insiden Dyatlov Pass. Namun tidak ada bukti substansial dari penyebab kematian kesembilan pendaki tersebut. Banyak teori atas kematian mereka. Ada yang menduga jika mereka adalah korban eksperimen rahasia pemerintah. Ada lainnya yang menyebutkan kematian mereka terkait dengan alien dan bahwa mereka korban Yeti (manusia salju) yang disebut Menk.
Pemerintah memiliki tepri yang lebih masuk akal seperti serangan oleh seekor beruang liar, longsoran salju, atau bahwa mereka diserang oleh perampok lokal Mansi. Namun pihak berwenang juga gagal memberikan bukti yang cukup untuk mendukung penjelasan mereka. Mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi malam itu, tapi itu tidak menghentikan teori yang terus bermunculan.
(Rifa Nadia Nurfuadah)