COX’S BAZAR - Sebanyak tiga orang anak dan seorang wanita Rohingya di Bangladesh dikabarkan tewas. Penyebab tewasnya empat orang tersebut dilaporkan akibat sekawanan gajah liar menginjak-injak tubuh mereka.
Insiden tersebut terjadi di area yang dulunya terdapat banyak pohon di Balukhali, Bangladesh. Namun pohon-pohon di area tersebut harus ditebang karena Pemerintah Bangladesh butuh area yang lebih luas untuk menampung Muslim Rohingya yang kabur akibat kekerasan di Myanmar.
Terpal dan tempat penampungan dari bambu telah dibangun di atas area yang biasa dilewati gajah di beberapa daerah, memicu masalah lingkungan karena negara tersebut berjuang untuk mengakomodasi jumlah pengungsi yang makin membeludak dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Selain korban tewas, empat pengungsi dari pengungsi terluka dan berada dalam kondisi kritis dan dirawat di Rumah Sakit di Cox's Bazar. Hal tersebut disampaikan oleh kepala pengawas polisi Afrujul Hoque Totul.
Setelah insiden tersebut, peralatan masak yang dibawa keluarga dari Myanmar di kamp pengungsian terlihat berserakan di tanah beserta tumpukan batang bambu dan pakaian.
Abdul Sukoor (30) salah satu korban luka dari insiden serangan gajah tersebut, mengatakan bahwa dia dan keluarganya berhasil melarikan diri saat mereka mendengar teriakan para pengungsi lainnya saat gajah-gajah tersebut mendekat. Dia sekarang pindah ke tenda lebih jauh, namun mengatakan bahwa dia masih khawatir.
"Kita harus terus waspada di malam hari," katanya, dikutip dari Reuters, Minggu (15/10/2017).
Sekadar diketahui, lebih dari 530 ribu pengungsi dari Myanmar telah melarikan diri ke Bangladesh dalam dua bulan terakhir sejak serangan militan Rohingya di kantor keamanan memicu operasi militer Myanmar yang telah digambarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai pembersihan etnis.
Jyoti Sanghera, kepala hak asasi manusia Asia dan Pasifik, meminta Suu Kyi untuk menghentikan kekerasan. Sanghera mengaku khawatir, jika pengungsi Rohingya yang diketahui tidak memiliki kewarganegaraan tersebut kembali dari Bangladesh, maka mereka akan diasingkan.
"Jika desa-desa hancur total dan kemungkinan penghidupan telah hancur, yang kita takuti adalah mereka dipenjara atau ditahan di kamp-kamp," serunya.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Zeid Ra'ad al-Hussein mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan tersebut tampaknya merupakan taktik sinis untuk memindahkan secara paksa sejumlah besar orang Rohingya agar tak kembali.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)