Dia mengatakan, kemunculan Nonik Belanda tidak bisa diprediksi. Namun, keberadaan sosok perempuan itu kerap terlihat melayang dari puncak gedung sebuah bank menuju Lawang Sewu. Meski terlihat seram, namun sosok perempuan itu tidak mengganggu warga yang melihatnya.
“Gedung bank itu kosong, yang dipakai hanya lantai-lantai bagian bawah. Sementara yang atas banyak yang kosong. Makanya di sana juga agak singup (angker). Nah, Noni Belanda itu terlihat dari puncak gedung lalu melayang ke Lawang Sewu,” jelasnya.
Sebagai penjaga parkir, dia bersama rekan-rekannya kerap uji nyali karena berada di lokasi hingga tengah malam bahkan dini hari. Meski diliputi rasa takut, namun mereka secara bergiliran berkeliling untuk menjaga kendaraan hingga paling ujung lokasi parkir.
Semenjak dipugar, kendaraan pengunjung parkir di luar pagar gedung Lawang Sewu di sepanjang tepi Kali Tumpang. Meski Lawang Sewu hanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB, namun masih banyak warga yang berfoto-foto di luar pagar dan seputar kawasan Tugu Muda.
”Biasanya merinding di pundak kalau lewat sebelah sana (ujung lokasi parkir). Seperti pundak ini ada yang menaiki. Tapi kalau sudah seperti itu ya kami diam saja, asal tidak mengganggu lebih parah lagi. Lokasi itu tepat di bawahnya (Nonik Belanda terbang),” tambah pria berperawakan tinggi besar itu.
Cerita tak kalah angker lainnya adalah tentang penampakan orang-orang dengan pakaian adat Jawa yang seolah mengawal beberapa pengunjung. Sejak pengunjung tiba, biasanya pengawal-pengawal tak kasat mata itu akan mendekat dan mengikuti selama menyusuri lorong-lorong Lawang Sewu.
“Malah ada pengunjung yang bilang jika seperti ada persewaan kuda oleh orang-orang dengan pakaian Jawa. Mereka tahunya sejak mulai parkir di sini hingga masuk ke area wisata. Tapi karena pengunjung itu enggak takut dan biasa saja maka ya tidak terjadi apa-apa,” tukasnya.