Dari 800 ribu pengungsi, kata para pejabat PBB, 607 ribu menyelamatkan diri dari kerusuhan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar Utara, sejak 25 Agustus. Saat itu, gerilyawan Rohingya melancarkan serangan terhadap pos keamanan, sehingga memicu pembalasan dari pasukan pemerintah dan penjaga keamanan sipil. Banyak desa dibumihanguskan dan warga desa menyelamatkan diri setelah kerusuhan mematikan merebak.
Akses ke Negara Bagian Rakhine --salah satu yang kurang berkembang di Myanmar-- telah sangat dibatasi, kendati seorang pejabat senior PBB pada Oktober terbang di atas sebagian wilayah yang mengalami teror dan melaporkan ia melihat banyak desa yang terbakar.
"Ada dukungan buat peran yang bisa dimainkan oleh UNHCR dalam memfasilitasi pembahasan mengenai kepulangan secara sukarela, aman dan bermartabat jika dan ketika keadaan tercipta di Negara Bagian Rakhine agar ini bisa terjadi," kata kepada Badan Pengungsi PBB tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat (3/11/2017). "Kami berbicara mengenai tumpang-tindih penting dalam agenda kantor ami ... dan agenda Dewan Keamanan."
BACA JUGA: Injakkan Kaki di Rakhine, Suu Kyi Minta Masyarakat Tak Beradu Argumen Atas Kunjungannya