Tidur lelap warga mulai terganggu pukul 02.00 WIB, saat gelombang laut pasang. Perlahan genangan air meningkat di luar rumah, mulai dari selokan hingga jalan-jalan kampung. Tak berselang lama, banjir air asin itu mulai masuk ke rumah warga.
"Memasuki jam 2 dini hari, terjadi air pasang. Awalnya warga juga mengira hanya rob biasa, seperti hari-hari biasa, tapi tambah pagi tambah besar. Bahkan disertai ombak, hingga membuat warga panik," ceritanya.
Selepas Subuh, banjir semakin tinggi. Bahkan di dalam rumah ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Warga pun bergegas menyelamatkan diri dan menggendong anak-anak ke tempat yang dianggap aman.
Namun, suara tangisan anak-anak menambah panik suasana pagi itu. Mereka ketakutan melihat banjir yang semakin tinggi. Apalagi, sesekali terjadi gelombang hingga warga harus berpegangan erat ke benda-benda di sekitarnya agar tak terbawa arus.
"Warga dan ibu-ibu harus menyelamatkan anak-anak. Sebagian bapak-bapak menyelamatkan perahu-perahu dari gempuran ombak untuk diikat di tembok-tembok. Makanya banyak perabot yang hilang karena tidak sempat diselamatkan. Kacau sekali suasana pagi itu," ungkapnya.