Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gempa di Kaur, Segmen Zona Subduksi Bengkulu Memasuki Periode "Senyap"

Demon Fajri , Jurnalis-Jum'at, 08 Desember 2017 |14:01 WIB
Gempa di Kaur, Segmen Zona Subduksi Bengkulu Memasuki Periode
Ilustrasi Gempa Bumi (foto: Shutterstock)
A
A
A

BENGKULU - Berdasarkan peta tingkat guncangan (shakemap) gempa tektonik berkekuatan 5,1 Skala Richter (SR), yang mengguncang Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, Kamis 7 Desember 2017, sekira pukul 22.16 WIB dirasakan masyarakat di Kabupaten Kaur, Kepahiang, Rejang Lebong, Kota Bengkulu hingga Liwa, Provinsi Lampung, dalam skala intensitas II-III MMI.

Gempa bumi dengan episenter terletak pada koordinat 5,28 Lintang Selatan (LS) dan 102,76 Bujur Timur (BT), tepatnya di laut pada jarak 101 kilometer (KM) arah Barat Daya, Kabupaten Kaur ini dengan kedalaman 73 km.

(Baca Juga: Gempa 5,3 SR Guncang Kaur Bengkulu, Tak Berpotensi Tsunami)

Jika ditinjau dari kedalaman hiposenter, PMG Ahli Muda Stasiun Geofisika Kepahiang, Bengkulu, Sabar Ardiansyah mengatakan, gempa ini merupakan jenis gempa berkedalaman menengah, akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dibawah cekungan busur muka (fore arc basin) antara Pulau Enggano dan Pulau Sumatra.

Sabar menyampaikan, pasca gempabumi besar 8,5 SR, pada 12 September 2007, hingga saat ini segmen zona subduksi Bengkulu masih memasuki periode ''senyap''.

''Periode senyap artinya periode dalam tahap penyimpanan energi,'' kata Sabar, Jumat (8/12/2017).

Sabar mengulas, pada 13 Agustus 2017, Segmen Bengkulu pernah melepaskan energi pada kekuatan 6,6 SR. Meskipun kekuatannya cukup signifikan, namun belum menguraingi energi yang selama ini disimpan.

Hal tersebut dikarenakan hanya bagian ujung segmen. Yakni, segmen utara, sedangkan bagian selatan belum ada gempabumi kuat yang bisa mengurangi energi yang masih disimpan. Menurut Sabar, hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya. Bahwa setelah terjadi gempabumi 12 September 2007, saat ini di kawasan Bengkulu dalam tahap akumulasi energi.

Seperti penelitian yang dilakukan Rohadi Et Al pada 2008, yang melakukan perhitungan b-value atau tingkat kerapuan batuan, baik secara temporal maupun spasial di seluruh kawasan pantai barat Sumatera periode tahun 1973 hingga 2008.

(Baca Juga: Gempa Lebong Rusak Ratusan Rumah, 41 KK di Dua Kecamatan Mengungsi)

''Hasilnya menunjukkan bahwa di wilayah Bengkulu khususnya di wilayah rupture zone gempabumi 12 September 2007 memiliki nilai b-value yang rendah,'' jelas Sabar.

Menurut Rohadi Et Al 2008, jelas Sabar, wilayah dengan b-value rendah ini berpeluang terjadinya gempabumi besar diwaktu yang akan datang.

Kajian lainnya, tambah Sabar, dilakukan Ardiansyah pada 2014. Ia menghitung, akumulasi stress yang disimpan pasca gempa 12 September 2007. Dimana wilayah Bengkulu menyimpan akumulasi stress yang cukup tinggi.

''Sudah sepatutnya kita selalu meningkatkan kewaspadaan. Kesiapsiagaan dan kewaspadaan selalu kita butuhkan untuk meminimalisir kerugian dan korban jiwa,'' pungkas Sabar.

(Fiddy Anggriawan )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement