"Saya menginginkan hak pilih universal yang sejati," teriaknya saat dia dibawa keluar dari ruang sidang, sementara Joshua Wong tampak tenang.
Aksi protes yang dilakukan pada 2014 menandai dimulainya penentangan di kota semi-otonom terbesar tersebut untuk melawan Beijing sejak Inggris menyerahkan koloninya kembali ke China pada 1997 di bawah pengaturan "satu negara, dua sistem".
Sebagian besar pemrotes merupakan pelajar dan anak muda. Mereka memilih untuk berkemah di jalan-jalan utama. Dengan berani mereka juga mengabaikan perintah untuk membubarkan diri yang dikeluarkan pemerintah Hong Kong, polisi, dan China. Demonstrasi itu terkenal dengan sebutan payung kuning karena para pengunjuk rasa menggunakan benda tersebut untuk melindungi diri dari polisi.
Joshua Wong dipenjara untuk pertama kalinya pada 2017 ketika pengadilan memberinya hukuman enam bulan penjara. Namun kemudian Wong dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu banding di pengadilan tertinggi kota.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)