“Di negara Barat maju, bukan saja dalam teknologi dan industri, tetapi juga dalam kemanusiaan, mereka memiliki program-program sosial negara kesejahteraan, bagaimana memuliakan semua yang hidup dan menjaga keseimbangan semesta,” ujarnya.
Ia mengatakan, Pancasila belum tumbuh secara maksimal sebagai nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Sebab itu, pesantren dan ulama dapat berperan menumbuhkan nilai-nilai Pancasila kembali.
“Kita melihat adanya defisit nilai Pancasila yang tercermin dalam hampir setiap aspek politik, hukum, ketatanegaraan, hingga kesejahteraan rakyat. Ini yang sangat perlu kita bangkitkan kembali,” tutur Sidarto.
Sidarto menyarankan, agar aktivitas dakwah tidak hanya menawarkan jalan kebenaran, tapi menjadikan orang lain sebagai penyeru jalan kebenaran, dan tidak dibenarkan merasa paling benar. Termasuk menghormati hak orang-orang yang berbeda agama.
"Ini menunjukkan cinta tanah air dan nasionalisme adalah fitrah dan naluri yang Allah SWT sematkan secara kuat didalam diri manusia. Penolakan dan antipati terhadap kebangsaan dan nasionalisme, justru bertentangan dengan fitrah suci tersebut dan tidak memiliki landasan sama sekali di dalam Islam, baik secara doctrinal maupun historical,” tandasnya.
(Angkasa Yudhistira)