Selanjutnya, gula yang sudah mengeras ini dihaluskan dengan menggunakan batok kelapa atau lebih dikenal oleh warga banyumas dengan 'diguyer'.
Koordinator Internal Control System (ICS), Desa Semedo, Hadi Sucipto, mengatakan, gula kristal ini sudah diekspor ke berbagai negara di Eropa. Untuk menjaga kualitas ekspor dan standar pembuatan gula kristal organik, perajin gula harus menggunakan penutup kepala dan masker untuk menjaga kebersihan gula kristal ini. Proses terakhir sebelum dibungkus adalah dengan sterilisasi oleh beberapa pekerja.
Di Desa Semedo sendiri kini terdapat 835 petani. “Meski produksi gula kristal lebih lama dan rumit, namun secara ekonomi petani di sini bertambah penghasilannya. Kalau mereka membuat gula jawa atau gula kelapa hanya bisa menjual antara 9 hingga 10 ribu rupiah per kilogramnya, kini mereka bisa menjual gula kristal dengan harga hingga 16.500 rupiah per kilogramnya,” ujar Hadi Sucipto.
Sementara menurut Aziz, perajin gula kristal setempat mengatakan, dulu dirinya merupakan perajin gula kelapa cetak, namun setelah beralih menjadi perajin ke gula kristal organik, kehidupannya berangsur-angsur mapan.
“Saya kini beralih menjadi perajin gula kristal dikarenakan adanya perbandingan harga yang jauh dibanding harga gula cetak yang saat ini hanya berkisar 9-10 ribu rupiah per kilogram. Sedangkan gula kristal saat ini dihargai lebih mahal,” ujar Azis.
Gula kristal -yang juga dikenal oleh warga setempat dengan sebutan gula semut- sudah beberapa kali diteliti oleh para ahli di Fakultas Pertanian Univeristas Jenderal Soedirman Purwokerto. Hasilnya, gula ini tergolong sehat dikonsumsi karena tidak menganggu pankreas. Selain itu, gula kristal ini juga meningkatkan insulin sehingga aman bagi penderita diabetes.
Salah satu pelaku ekportir gula kristal, Restyarto Efiawan yang juga dosen pasca sarjana Universitas Muhamadiyah Purwokerto mengatakan, saat ini dirinya terus mensosialisasikan gula kristal sebagai gula aman konsumsi hingga ke beberapa negara di eropa.
“Kami terus terus mensosialisasikan ke Negara Hongkong, Turki, Perancis hingga Amerika dan Inggris bahwa untuk menggantikan pemanis dari gula tebu yang aman untuk penderita diabet salah satunya dengan mengkonsumsi gula semut atau gula kristal ini," terangnya.
"Dari hasil sosialisasi ini kami yang biasanya mengekspor 50 ton gula kristal, saat ini untuk bulan depan permintaan meningkat menjadi 200 ton. Hal ini karena mereka sudah mulai sadar bahwa gula tebu menyebabkan diabet sementara Gula Kristal aman dikonsumsi,” tutup Restyarto.
(Angkasa Yudhistira)