Sebagai orang yang telah makan asam garam, manis, hingga pahitnya kehidupan, mengantarkan Soes pada sosok dengan prinsip sangat kuat. Baginya, selagi nyawa masih di kandung badan pantang merepotkan orang lain, meski telah memasuki usia senja.
"Saya juga punya prinsip, hakikat hidup. Bahwa setiap orang jika punya inisiatif tertentu untuk hidup dengan tenaganya sendiri, memelihara diri sendiri, keluarga, dan generasi penerus. Manusia yang sadar harus menciptakan nilai lebih. Saya ini termasuk orang nihilis, pesimis, tapi bukan nihilis yang dikenal sekarang. Dalam arti buat diri saya sendiri. Kalau saya sudah tidak punya fungsi, tidak bisa menghasilkan apapun, saya enggak punya fungsi, maka saya siap mati. Saya harus punya fungsi, sampai umur 81 saat ini," bebernya.
"Pemulung itu hanya kenikmatan abadi. Itu bukan sumber utama (pencaharian), saya kan punya penerbitan, Pataba (perpustakaan) bersama anak saya. Tiap hari ada uang masuk, bisa jual ayam, jual kambing, serba aneka lah. Kemudian uang ganti rugi dari Bekasi waktu dibongkar itu juga masih ada, itu semua cukup buat makan," jelasnya menandaskan. (kha)
(Khafid Mardiyansyah)