Sebagai pemilik perusahaan wisata penelusuran gua dan pimpinan asosiasi wisata, Cahyo Alkantana menegaskan bahwa sudah ada standar keselamatan yang baku di Indonesia, termasuk early warning system atau sistem peringatan dini.
Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang disebut catchment area atau daerah tangkapan hujan di kawasan gua tersebut.
"Apabila hujan cukup lebat, itu kemungkinan besar permukaan air di catchment area itu akan naik. Nah, kita stop dulu tidak boleh ada kegaitan wisata penelusuran gua. Harus ditutup dengan tegas. Kalau diabaikan maka bisa terjadi kecelakaan," tutur Cahyo.

Selain itu pada musim hujan, penelusuran gua ditutup sama sekali selain diterapkannya pembatasan jumlah penelusur gua pada musim-musim tertentu, khususnya untuk gua-gua basah.
Cahyo menambahkan biasanya risiko kecelakaan terjadi di 'gua-gua liar' yang belum disurvei dan juga dalam penelusuran yang dilakukan oleh orang per orang.
Di Indonesia beberapa kali terjadi kecelakaan saat penelusuran gua walau tidak semuanya disebabkan banjir di dalam gua. Data dari Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) memperlihatkan banyak kecelakaan terjadi karena penelusur gua yang terjatuh maupun tertimpa bebatuan.
Namun pada 2012, tiga anggota Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (Hikespi) meninggal dunia saat mengikuti pendidikan lanjutan susur gua di Goa Seropan II, Gunungkidul, Yogyakarta. Ketiganya meninggal dunia setelah terjebak banjir di dalam gua.
Seorang penelusur gua, Nafikurochman, mengatakan bahwa pengamatan musim amat penting sebelum melakukan penelusuran, khususnya pada musim peralihan.
"Waktu mendekati musim kemarau, kadang masih hujan kencang, nah itu yang harus kita antisipasi. Kita juga bisa pelajari siklus iklim dengan update yang terbaru."

Sebagai penelusur gua yang tergolong berpengalaman, yang sudah aktif sejak tahun 2000 lalu, dia juga pernah menghadapi risiko terancam banjir di sebuah gua di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta.
"Pada waktu itu mendekati akhir musim hujan di bulan Maret dan ketika terjadi hujan lagi ternyata ada sungai kecil yang tidak diprediksi, sehingga akhirnya terjadi luapan besar," kenang Nafikurochman.
Kepada para penelusur gua yang tergolong baru, dia menyarankan tiga hal:
1. Jangan mengabaikan musim.
2. Analisis guanya dan analisis risikonya.
3. Jangan terlalu sembrono atau berani untuk eksplorasi gua tanpa informasi yang cukup.
(Hantoro)