Ia menyebutkan adapun halalbihalal tersebut mulai dari ikatan perantau hingga kegiatan alumni sekolah. “Tradisi itu harus dipertahankan karena dapat membantu masyarakat dan pemerintah setempat untuk mempercepat pembangunan di daerah itu. Apalagi tradisi tersebut menyerahkan uang secara sukarela untuk pembangunan sehingga dapat mengajarkan keihklasan,” terangnya.
Tradisi badoncek bersifat terbuka dan diketahui orang lain dan cendrung saling berlomba memberikan jumlah uangnya juga menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi masyarakat setempat. “Tradisi ini harus dipertahankan pembangunan dan pendidikan sosial,” pungkasnya.
Namun pembangunan di Sumatera Barat tak cukup dilakukan dengan tradisi Badoncek. Pemerintah harus turun tangan membangun infrastruktur dasar di daerah tersebut.
Ketua Forum Masyarakat Minang (FMM), Irfianda Abidin mendukung langkah pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur yang ada di Sumatra Barat. Hal itu dilakukan guna menekan angka distribusi yang dapat menimbulkan ekonomi dengan biaya tinggi.
Namun demikian, pihaknya juga meminta agar pembangunan infrastruktur dapat dibarengi dengan industrialisasi. Sehingga perekonoman tetap tumbuh. Karena sesungguhnya, pembangunan infrastruktur di masyarakat sudah terbentuk di jatidiri masyarakat minang sebagai sebuah tradisi.
“Saya kira pemerintah juga harus melakukan skala prioritas. Apakah insfrastruktur dulu atau masyarakatnya dikayakan dan industrinya dimajukan. Itu dilakukan guna menyaingi para pedagang dari luar, seperti China. Karena kami yakin masyarakat Minang bisa bersaing dengan mereka,” kata Irfianda.