MEXICO CITY – Pesawat jet mewah dan besar yang digunakan untuk membawa presiden Meksiko terdahulu melakukan kunjungan ke luar negeri akan segera dijual oleh pemerintahan baru Negeri Sombrero. Keberadaan jet kepresidenan itu dianggap sebagai sebuah simbol pemborosan oleh presiden Andres Manuel Lopez Obrador.
"Kami menjual semua pesawat dan helikopter yang digunakan politisi korup," kata Obrador dalam sebuah kampanye di Xalapa, Veracruz pada Sabtu, di hari pertamanya menjabat sebagai presiden sebagaimana dilansir Reuters, Senin (3/12/2018). Massa yang berkumpul bersorak menyambut keputusan tersebut.
BACA JUGA: Andres Manuel Obrador, "Donald Trump"-nya Meksiko Raih Kemenangan dalam Pilpres
Menteri Keuangan Meksiko, Carlos Urzua dalam sebuah konferensi pers pada Minggu mengumumkan bahwa pesawat Boeing 787 Dreamliner kepresidenan itu akan segera dijual.
Pesawat yang dibeli pada 2012 itu memiliki ruang kabin yang luas dengan lambang pemerintah Meksiko di dindingnya. Pesawat seharga USD218 juta itu dilengkapi fasilitas seperti televisi layar datar, ruang tidur kepresidenan dan kamar mandi marmer.
Urzua mengatakan, pesawat itu adalah satu dari 60 pesawat pemerintah yang akan dijual bersama dengan 70 unit helikopter. Pada Senin, pesawat itu akan diterbangkan ke Bandara Victorville di selatan California yang direkomendasikan Boeing sambil menunggu pemilik barunya.
Penjualan pesawat itu merupakan salah satu janji kampanye Obrador yang beraliran populis. Dia juga menjanjikan sejumlah langkah lainnya termasuk mencabut tunjangan pensiun untuk mantan presiden dan pemotongan gaji bagi pegawai pemerintah.
BACA JUGA: Tolak Pengawalan, Presiden Meksiko Minta Perlindungan dari Rakyat
Sebelum pelantikannya, Obrador membuka pintu kediaman resmi presiden, Los Pinos yang telah digunakan selama lebih dari 80 tahun. Kesempatan itu digunakan rakyat yang kemudian menyerbu masuk melihat-lihat ruangan dan kantor di bangunan mewah itu.
Obrador yang dikenal bergaya hidup sederhana telah menyatakan bahwa dia tidak akan tinggal di Los Pinos dan memilih menjadikan bangunan itu sebagai sebuah pusat seni.
(Rahman Asmardika)