Mereka lantas menyewa sebuah villa bernama Mutiara Carita dan berniat menginap satu malam disana. Seperti biasa, pada sore hari mereka bersama-sama bermain di tepi pantai, sambil menikmati cuaca yang dirasa cukup bersahabat.
"Tak ada tanda-tanda mencurigakan kalau akan terjadi tsunami, kita masih mandi, berenang di laut. Semua yang berlibur mandi semua," ucap Ustad Abror kepada Okezone, usai pemakaman istri dan kedua anaknya di Pemakaman Islam Alhidayah, Serua, Ciputat, Senin (24/12/2018).
Begitu memasuki waktu maghrib, dilanjutkannya, mereka kemudian kembali ke villa untuk menggelar shalat berjamaah dan makan malam bersama antar keluarga. Disela-sela itu, dibahas pula tentang pengembangan Pondok Pesantren Raudhatul Ishlah, dimana Ustad Abror adalah selaku pemilik Ponpes tersebut.
"Selesai salat maghrib, lalu dilanjut Isya berjamaah, kita lanjut makan malam, ada foto-foto mumpung momennya kumpul bersama. Setelah itu istirahat, yang ibu-ibu dan anak-anak masuk kamar, kita yang laki-laki ngobrol di ruang tamu, bincang-bincang seputar pesantren, masalah ibadah," jelasnya.
(Baca juga: Basarnas Catat Ada 334 Orang Meninggal Akibat Tsunami Selat Sunda)
Tak beberapa lama suasana berubah menjadi mencekam, Ustad Abror dan rekannya dikejutkan dengan datangnya gemuruh air laut pasang. Sejurus itu, tiba-tiba penjaga villa menelfon mereka agar bersiap-siap meninggalkan lokasi jika kondisi air pasang makin memburuk dan naik ke daratan.