"Kondisi mobil masih di parkiran, jadi harus diputar dulu posisinya agar kalau terjadi apa-apa sudah siap berangkat. Lalu saya ambil kunci mobil di kamar, dan saya minta istri saya jaga anak-anak dulu karena saya mau keluarkan posisi mobil," imbuhnya.
Ketika baru menyalakan starter mobil, Ustad Abror mendengar bahwa gemuruh air makin terdengar kuat datang ke arah villanya. Dia pun lantas beranjak keluar dari mobil, hingga seketika terjangan bah tsunami menyapunya hingga terpental jauh dan terbawa arus air laut hingga ratusan meter.
"Baru sampai kaki saya menyentuh tanah (turun dari mobil), saya sudah disapu oleh air. Saya masih sadar Alhamdulillah, jadi sempat leher saya tersangkut di kabel listrik, masih ada setrumnya, tapi tetap saya pegang kuat kabelnya," ungkapnya seraya menunjukkan lebam hitam akibat sengatan listrik di bagian leher dan tapak tangannya.

Dalam kondisi demikian, Ustad Abror memaksakan dirinya untuk bangkit dan menyingkirkan puing-puing yang menimpa. Selanjutnya dengan tergopoh-gopoh dia berlari menuju villa, mengecek kondisi anak dan istrinya.
"Saya lihat mobil saya sudah nyangkut di pohon, lalu saya cari keluarga saya. Anak saya yang tertua nyahut 'abi (ayah) saya disini abi, abi, abi, tolong abi'. Saya langsung mendekat, ternyata anak saya tertimbun reruntuhan bangunan setinggi 2 meter. Saya nggak bisa berbuat apa-apa, saya nggak mampu, kayu batu luar biasa besar," tuturnya sambil terisak menahan tangis mengingat peristiwa malam nahas itu.