BOYOLALI - Ratusan warga memenuhi kediaman Didik Fauzan Dakhlan di Dukuh Pendekan, Desa Jatisari, Kecamatan Sambi, Boyolali.
Mereka menggelar salat jenazah untuk ibu dan anak yang menjadi korban tsunami yang melanda selat Sunda, Sabtu 22 Desember 2018 malam.
Baca juga: 17 Peneliti Undip di Pulau Dekat Gunung Anak Krakatau Berhasil Diselamatkan
Kedua korban tsunami diketahui bernama Briliyan Parmawati dan Fahmi R Dahlan. Briliyan Parmawati diketahui istri dari Didik Fauzan Dakhlan, Senior Manager PT PLN Persero, Unit Transmisi Jawa Bagian Barat.
Sedangkan Fahmi R Dahlan sendiri adalah putra dari Didik yang ikut menjadi korban saat tsunami menerjang.

Sebelum tsunami menerjang, Didik berserta kedua anaknya tengah menonton penampilan Band Seventeen, di kawasan Tanjung Lesung, Banten. Keempatnya merupakan peserta Employe Gathering pegawai PT PLN Unit Transmisi Jawa bagian Barat.
Baca juga: BMKG: Longsoran Material Gunung Anak Krakatau Sebesar 64 Hektare
Saat tengah asik menyaksikan grup musik Seventeen yang baru saja menyelesaikan lagu keduanya, tiba-tiba, ombak laut menerjang lokasi tersebut. Didik berserta istri dan dua anaknya ikut tersapu tsunami.
Beruntung nyawa Didik dan putri sulungnya masih selamat. Namun, istri dan anak bungsunya tak berhasil menyelamatkan diri. Keduannya ditemukan bersama korban lainnya sudah meninggal dunia tak jauh dari lokasi acara.
Setelah diidentifikasi, jenazah ibu dan anak ini pun dibawa ke rumah orang tua Didik. Kebetulan, Didik dan istrinya berasal dari satu daerah yang sama di Boyolali.
Kesedihan terlihat di wajah Didik saat kedua mobil ambulance yang membawa jenazah orang yang sangat dicintainya ini tiba.
Baca juga: Pasca-Tsunami, Lampung Diprediksi Diguyur Hujan Lebat Disertai Angin Kencang
Setelah di sholatkan di masjid dan dirumah duka, dua jenazah ini pun langsung dimakamkan di pemakaman umum yang hanya berjarak 500 dari kediaman orang tua Didik.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Pembangunan Induk Jawa Bagian Tengah II, Eko Priyantono menyampaikan duka cita atas musibah tsunami ini.
Selain istri dan anak bungsu Didik yang menjadi korban saat tsunami, beberapa keluarga besar PT PLN juga ikut menjadi korban.
“Dari informasi yang kami peroleh lewat grup WA karyawan PLN, korban yang sudah diketahui meninggal ada 29 orang. Untuk yang belum ditemukan, kami belum tahu. Saat ini masih terus dilakukan pendataan,” terang Eko, Senin (24/12/2018).
Dijelaskan Eko, Employe Ghatering adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk seluruh keluarga karyawan PLN. Tujuannya, selain rekreasi juga untuk mempererat silahturahmi sesama karyawan.
“Biasanya memang dilaksanakan pas liburan, sedangkan lama kegiatan untuk yang di Banten ini kami tidak tahu. Bisa dua atau tiga hari lamanya. Kami sangat berduka atas musibah ini,” ujarnya.
(Fakhri Rezy)