PENYANYI rap gay, yang juga seorang aktivis untuk komunitas LGBT, Kevin Fret, ditembak mati di Puerto Rico pada usia 24 tahun.
Fret yang merupakan musisi Latin rap pertama yang mengaku sebagai gay di depan umum, ditembak di ibu kota Puerto Rico, San Juan, pada Kamis (10/1), kata polisi.
Ia ditembak sebanyak delapan kali saat mengendarai sepeda motor. Polisi tengah menyelidiki insiden penembakan ini.
Kematian Fret membuat jumlah pembunuhan di Puerto Rico tahun ini bertambah menjadi 22 kasus, tambah polisi.
Manajer Fret, Eduardo Rodriguez, menggambarkan Fret sebagai artis yang memiliki "jiwa seni" dan memiliki hasrat kuat untuk bermusik.
Rodriguez mengonfirmasi kematiannya dengan mengatakan: "Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan kami dan rasa sakit karena mengetahui seseorang yang memiliki begitu banyak mimpi harus pergi.
"Kita semua harus bersatu dalam masa-masa sulit ini dan berdoa untuk kedamaian bagi negara kita yang tercinta, Puerto Rico."
Dalam beberapa pekan terakhir, tindak kejahatan di jalanan Puerto Rico mengalami peningkatan. Polisi menggambarkan kejahatan di negara yang terletak di pulau Karibia ini sebagai "krisis kekerasan".
Kevin Fret was known not only for his music style but also image- who was breaking gender norms in #PuertoRico and stigma about being gay, gender nonconforming, and expressing gender identity freely - in a country where gay people still get mocked, bullied and killed. pic.twitter.com/SQQxePu9vv— Samy Nemir Olivares (@Samynemir) January 10, 2019
Video terbaru milik sang rapper, Soy Asi, sudah ditonton oleh lebih dari setengah juta orang di YouTube.
"Saya orang yang tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan," katanya kepada majalah online Paper tahun lalu.
"(Sekarang saya melihat) para remaja gay atau lesbian memandang saya sebagai panutan, seperti wow, jika ia melakukannya, dan tidak peduli dengan pendapat orang lain, saya juga bisa melakukannya."
(Baca Juga : Paris Menduduki Peringkat Teratas Kota Tersehat di Dunia)
Sebelumnya, Fret pernah terlibat kasus kekerasan. Ketika tinggal di Miami tahun lalu, dia pernah berurusan dengan pihak berwajib atas dugaan melakukan kekerasan.
Fret mengatakan dia diserang karena orientasi seksualnya dan dia melemparkan botol besi ke seorang laki-laki.
Ia juga merespons ancaman homofobik pada lirik seorang musisi yang merupakan rivalnya dalam bermusik. Beberapa pendukung Fret menduga bahwa kasus pembunuhan ini berlatar belakang kebencian.
(Baca Juga : Pria Belanda Dirawat di Rumah Sakit Setelah Tiga Jam Berbaring di Atas Bom PD II)
Follow Berita Okezone di Google News
(erh)